Buku Ajar KLIMATOLOGI


Pokok Bahasan 2
NERACA RADIASI  DAN  SISTEM ENERGI BUMI

Tujuan Umum:

Mahasiswa diharapkan mampu menjelaskan secara komprehensip peranan radiasi sebagai sumber energi bagi proses pembentukan iklim.

Tujuan Khusus:

1.  Mahasiswa dapat menggambar dan menjelaskan neraca radiasi datang dan pergi
2.  Mahasiswa dapat menjelaskan berbagai proses yang dialami radiasi matahari (refleksi, absorpsi, emisi, bauran)
3.  Mahasiswa dapat menerangkan sebab-sebab terjadinya keragaman penerimaan radiasi di permukaan bumi
4.  Mahasiswa  dapat menjelaskan tentang efek rumah kaca dan gas-gas penyebabnya

Kata Kunci: Puncak atmosfir, neraca radiasi datang, neraca radiasi balik, keragaman energi, neraca radiasi.

Sub-Pokok Bahasan:

1. Aliran energi dan keseimbangan energi di bumi
2.  Radiasi matahari dan faktor yang mempengaruhi intensitasnya di permukaan bumi
3.  Interaksi radiasi & atmosfir
4.  Radiasi di permukaan bumi
5.  Radiasi gelombang panjang
6.  Efek rumah kaca

Pendahuluan

Semua aspek dari sistem iklim di bumi dengan unsur-unsurnya seperti angin, hujan, awan dan suhu  adalah hasil dari perpindahan dan perubahan energi antara permukaan bumi dan  atmosfir.  Pertukaran energi ini, yang membentuk dan mengendalikan iklim, adalah titik pusat pembahasan pada bab ini.  Seluruh proses dimulai waktu energi dari matahari mencapai puncak atmosfir dalam bentuk energi radiasi.  Energi ini diteruskan ke bawah melalui atmosfir, berinteraksi dengan atmosfir dan seba­gian dari energi ini dipantulkan kembali ke ruang angkasa, beberapa diserap dan diubah menjadi panas dan beberapa diteruskan menuju permukaan bumi. 

Radiasi yang menembus atmosfir dan diserap permukaan bumi dapat memanaskan permu­kaan bumi, lalu menguapkan air, mencairkan salju dan memanaskan lapisan tanah di bawah permukaan bumi.  Energi yang telah diubah ini pada akhir­nya kembali ke atmosfir dan kembali ke ruang angkasa lagi dalam bentuk radiasi balik.  Keragaman dalam jumlah energi radiasi yang diterima dari matahari dan keragaman dalam jumlah yang berinteraksi antara bumi dan atmosfir menciptakan perbedaan dalam pertukaran energi secara waktu dan tempat dan hal ini yang merupakan penyebab dari iklim.
2.1  Aliran Energi

Seluruh proses dari pertukaran energi di dalam sistem bumi - atmos­fir dapat diringkas dalam sebuah aliran energi (Gambar 2.1).  Gambar ini menunjukkan jumlah dan ragam yang begitu banyak dari bentuk energi yang mungkin ada dan kemampuan sistem dalam menyimpan energi.  Pertukaran energi berlangsung setiap saat dan dalam skala waktu yang beragam. 

Beberapa proses pertukaran energi berlangsung cukup cepat sehingga tidak terlihat.  Contoh yang umum adalah pembentukan tebaran-tebaran awan pada siang hari padahal cuaca pada pagi harinya cerah tidak berawan.  Kejadian ini dapat diterangkan sebagai berikut : sepanjang hari energi dari matahari digunakan untuk memanaskan air dari permukaan bumi dan bagian dari energi yang digunakan untuk menguapkan merupakan salah satu bentuk perpindahan energi.  Dengan pemanasan matahari udara ini akan naik, kekuatan dari proses gerakan ini biasanya meningkat sepanjang pagi sehingga menjelang tengah hari ketinggian dari udara yang naik sudah cukup untuk memaksa uap air berkondensasi dan membentuk awan.  Energi yang tersimpan dalam awan-awan ini adalah energi potensial yang segera akan dilepas pada kondisi yang tepat untuk membentuk hujan, jadi ini adalah proses penyimpanan energi dalam jangka waktu yang pendek. 


Gambar 2.1.  Aliran energi global.  Radiasi di puncak atmosfir sama dengan radiasi surya pada jarak orbit bumi dikali luas wilayah di planet bumi yang disinari ( r2).  Diagram ini menunjukkan secara sistimatik bagaimana energi matahari yang mencapai puncak atmosfir diserap permukaan dan bagaimana kemudian di pancarkan kembali dan disebarkan diantara berbagai penampakan dari aliran energi ini.  Bagian bawah dari gambar ini menggambarkan beberapa penampakan  energi yang langsung mempengaruhi kehidupan diatas permukaan bumi.


Proses penyimpanan energi dalam jangka waktu yang lebih panjang adalah seperti pada saat kita menggunakan batubara atau minyak bumi. Dalam hal ini kita menggunakan bentuk akhir dari proses pertukaran energi yang mungkin memakan waktu jutaan tahun.  Energi radiasi matahari secara langsung digunakan untuk pertumbuhan tanaman dan pembentukan jaringan-jaringan pada tubuh hewan yang pada waktu tanaman dan hewan-hewan ini terkubur, energi tadi tersimpan dan diubah menjadi batubara atau minyak bumi.  Akhirnya, kita sekarang ini menggunakan fosil energi radiasi untuk menciptakan panas.



Keseimbangan Energi di Bumi

Nilai rata-rata dari berbagai pertukaran energi secara global dan tahunan ditunjukkan pada Gambar 2.2.  Gambar tersebut memperlihatkan bahwa permukaan bumi kehilangan energi sebanyak jumlah yang diteri­manya. Angka-angka pada gambar tersebut mewakili gambaran umum dari pertukaran energi.  Kehilangan dan kemasukan energi juga berlaku untuk atmosfir dan untuk planet bumi secara keseluruhan, sehingga ada keseimbangan radiasi yang diperta­hankan secara global dan tahunan.  Tanpa keseimbangan ini akan terjadi perubahan iklim yang sangat cepat.  Penjelasan rinci dari pembagian pada Gambar 2.2 dapat dilihat pada bagian 2.4. (Interaksi radiasi dan Atmosfir).

Dalam Gambar 2.2. radiasi dibagi dalam 2 kategori yaitu radiasi surya yang datang dalam bentuk gelombang pendek dan radiasi bumi yang pergi dalam bentuk gelombang panjang.  Pembagian yang mendasar antara radiasi surya dan bumi didasarkan pada perbedaan sifat alami­ah dan sifat radiasi elektromagnetik dari masing-masing bentuk tersebut dan hal ini akan dijelaskan kemudian.  Pembagian ini tidak hanya merupakan penerapan yang penting untuk sistem iklim di bumi ini, tetapi juga penting secara praktis untuk pengamatan bumi dan atmosfirnya melalui satelit.

2.2  Sifat-sifat alami radiasi


Radiasi adalah bentuk energi yang dipancarkan oleh semua objek yang memiliki suhu diatas absolut.  Radiasi adalah satu-satunya bentuk energi yang dapat bergerak melalui ruang hampa udara di angkasa luar.  Jadi energi yang diterima dan dilepas planet bumi pastilah dalam bentuk radiasi.

Spektrum Elektromagnetik

Karakteristik dasar dari radiasi adalah tersebar dalam pita panjang gelombang.  Semua benda beradiasi pada berbagai nilai panjang gelom­bang (Gambar 2.3).  Secara klimatologis radiasi yang penting adalah dalam selang panjang gelombang 0.1 µm sampai 100 µm.  Mata manusia memberikan reaksi pada sebagian kecil dari rangkaian ini yang disebut dengan cahaya tampak.



Gambar 2.2.  Keseimbangan energi di planet bumi.  Radiasi surya yang jatuh digambarkan sebesar 100 unit.  Dengan demikian radiasi yang dipantulkan, diteruskan atau diserap baik dari radiasi yang datang maupun yang dipancarkan kembali dinyatakan dalam persen terhadap radiasi yang jatuh. 


Penangkapan kita akan warna sangat bergantung pada panjang gelombang dari cahaya yang diterima mata kita.  Panjang gelombang sekitar 0.4 µm memberi cahaya violet, dengan bertambahnya panjang gelombang, kita melihat warna-warna seperti pelangi, sampai pada panjang gelom­bang 0.7 µm kita melihat cahaya merah.  Daerah yang berbatasan dengan bagian bagian yang sedikit lebih pendek dari 0.4 µm dinamakan ultra violet, sementara radiasi dengan panjang gelombang lebih dari 1.0 µm (dan lebih pendek dari 1 µm) disebut radiasi infra merah.

Ada tiga hukum yang memberikan gambaran dasar dari sifat radiasi yaitu Hukum Plank, Hukum Wien dan Hukum Stefan-Boltzman.



Gambar 2.3   Spektrum elektromagnetik, dengan penekanan pada daerah panjang gelombang yang penting untuk klimatologi yang berada pada selang 0.1 - 100 µm.  Bagian bawah gambar menunjukkan penyerapan atmosfir pada wilayah panjang gelombang ini.  Atmosfir nampak tembus pandang (menyerap sedikit) pada bagian cahaya tampak tetapi menun­jukkan penyerapan yang penting oleh O3 pada ultra violet dan oleh H2O dan CO2 dan molekul-molekul lain pada sinar infra merah.


Panjang gelombang dari masing-masing bagian dalam spektrum tergan­tung pada suhu benda yang beradiasi.  Ini adalah hukum dasar dari pancaran radiasi yang disebut Hukum Planck. Untuk benda yang beradiasi sempurna dan yang memiliki suhu kira-kira setara dengan suhu matahari (5.800 oK) maka panjang gelombangnya berkisar 0.1 – 3 µm dan untuk suhu bumi (255 oK) panjang gelombangnya berkisar 3 – 30 µm (Gambar 2.4). 

Panjang gelombang dari pancaran maximum suatu benda pada suhu ter­tentu berbanding terbalik dengan suhunya, dan hukum ini disebut Hukum Wien. Berdasarkan hukum ini didapatkan bahwa panjang gelombang dari pancaran maksimum matahari adalah sebesar 0.5 µm, sedang panjang gelombang pancaran maksimum bumi 11.4 µm.


Gambar 2.4.  Kurva pancaran radiasi berdasarkan panjang gelombang  untuk matahari dan bumi.  Puncak dari kurva matahari terdapat pada   0.5 µm sedang untuk bumi   11.4 µm.  Hanya ada sedikit tumpang tindih pada   3.5 µm. ini berarti hanya sedikit kemungkinan terjadi kekeliruan dalam membedakan kedua jenis radiasi.


Total energi yang dipancarkan oleh sebuah benda meningkat dengan meningkatnya suhu dan hukum ini disebut Hukum Stefan-Boltzman.  Dengan hukum ini didapatkan bahwa matahari memancar dengan energi sebesar 64,164,532.32 Wm-2.

Dari hukum-hukum dasar radiasi kita membagi dua perbedaan daerah radiasi yaitu  radiasi gelombang pendek adalah radiasi dari matahari  dan radiasi gelombang panjang dari bumi dan atmosfirnya


2.3.  Radiasi dari Matahari

Radiasi dari matahari disebut radiasi gelombang pendek karena panjang gelombang pada puncak pancaran menunjukkan nilai 0.474 µm, sehingga kemungkinan matahari memiliki warna biru-hijau.  Dari matahari, radiasi akan menuju puncak atmosfir yaitu bagian teratas dari atmosfir.

Radiasi yang jatuh di puncak atmosfir berkurang jika dibandingkan dengan radiasi di matahari karena jarak bumi-atmosfir. Dari puncak atmosfir radiasi melewati atmosfir dan menuju permukaan bumi. Jumlah radiasi yang sampai di permukaan bumi kembali berkurang karena terjadi serapan radiasi pada lapisan-lapisan atmosfir.


Gambar 2.5.  Diagram Melintang Matahari.  Energi radiasi memancar dari pusat fotosfir dan akhirnya melewati ruang angkasa menuju bumi.


Radiasi Surya yang Diterima

Puncak dari atmosfir bumi menerima bagian sebesar kira-kira 4.5 x 10-10 dari energi yang dikeluarkan oleh fitosfir.  Energi inilah yang digunakan untuk mengendalikan sistem iklim.  Besarnya energi ini biasanya disebut sebagai Konstanta Surya yaitu jumlah dari energi yang lewat dalam satu unit waktu melalui satu unit permukaan yang tegak lurus terhadap arah datang sinar matahari, dibatas luar atmosfir pada jarak rata-rata antara bumi dan matahari. 

Meskipun banyak pengamatan telah dibuat untuk mengetahui nilai konstanta surya, belum diketahui nilainya yang tepat.  Pendugaan terakhir yang terbaik adalah 1370 Wm-2.  Konstanta surya diketahui beragam pada beberapa skala waktu, yang terpanjang dari variasi ini disebabkan oleh evolusi matahari itu sendiri.  Sepanjang umur sistem surya, suhu dan energi yang dipancarkan matahari meningkat antara 20 – 40%; hal ini tentu mempengaruhi jumlah radiasi yang diterima permukaan bumi.

Hal lain yang mempengaruhi keragaman energi yang diterima bumi adalah hubungan astronomis antara surya dan bumi


Orbit Bumi mengelilingi Matahari

Posisi geometris dari orbit bumi ditunjukkan pada Gambar 2.6.  Bumi berevolusi mengelilingi matahari dalam orbit yang berbentuk ellips selama satu tahun.  Keragaman jarak antara bumi-matahari sedemikian rupa sehingga pada suatu saat bumi berada pada jarak terdekat dengan matahari yang terjadi pada tanggal 5 Januari yang disebut Perihelion dan pada saat lain yaitu pada tang­gal 4 Juli berada pada jarak terjauh yang disebut Aphelion.



Gambar 2.6.  Posisi geometris Bumi-Matahari.


Penyimpangan dari orbit bumi sangat kecil yaitu 152 x 106 km pada saat aphelion dan 149 x 106 km pada saat perihelion, sehingga jalur orbitnya hampir sama dengan planet yang ditunjukkan pada bagian bawah Gambar 2.6 (hampir merupakan lingkaran) sehingga penyimpangan ini memberikan pengaruh yang relatif kecil terhadap keragaman pen­erimaan radiasi di permukaan bumi.

Yang lebih berpengaruh terhadap keragaman musiman adalah kemiringan sumbu bumi, yaitu garis yang melewati pusat bumi dan menghubungkan kedua kutub.  Sumbu ini condong dengan sudut 23,5o terhadap garis yang tegak lurus garis ecliptic, yaitu garis dari orbit bumi menge­lilingi matahari.  Karena sumbu ini berada pada arah yang tetap sama terhadap matahari, pengaruhnya adalah terjadinya keragaman secara musiman dalam jumlah dan intensitas radiasi yang diterima oleh suatu titik di puncak atmosfer dan pada akhirnya terhadap jumlah dan intensitas yang diterima permukaan bumi.  Dibawah ini akan didisku­sikan keragaman musim yang terjadi di Belahan Bumi Utara.


 Keragaman Musiman dan harian Dalam Radiasi surya

Akibat dari miringnya sumbu dapat dilihat pada Gambar 2.7.  Perhati­kan bahwa pada tanggal 22 Juni, bagian utara bumi mengarah langsung ke matahari.  Pada siang hari tanggal ini, matahari berada pada posisi tertinggi tepat diatas 23.5 LU, disebut sebagai Tropic of Cancer, dan tanggal itu disebut Summer soltice yang secara astronomi merupakan hari pertama musim panas di Belahan Bumi Utara (BBU).


Gambar 2.7.  Situasi dan orientasi bumi terhadap matahari


Dari Gambar 2.7 terlihat bahwa sejalan dengan bumi berputar pada porosnya, sisi yang menghadap matahari mendapat cahaya, sedang sisi lain gelap, dengan demikian separuh dari bumi yang selalu tersinari.  Jika sumbu bumi tidak miring, matahari siang selalu tepat berada diatas equator dan semua lintang akan memiliki 12 jam siang dan 12 jam malam.  Tetapi kenyataannya, sumbu bumi miring, dan karena BBU menghadap matahari pada 22 Juni, setiap lintang di BBU akan mene­rima lebih dari 12 jam siang.  Makin jauh ke utara, makin panjang siang hari, sampai akhirnya di lingkaran Artik (66.5o LU) siang hari berlangsung selama 24 jam.  Seperti terlihat pada Gambar 2.7, daerah diatas 66.5o LU tidak pernah tertutupi "bayangan" selama bumi berputar.
Pada 23 September, matahari tepat berada diatas Ekuator.  Kecuali pada kedua kutub, siang dan malam di seluruh dunia akan memiliki panjang yang sama.  Tanggal ini disebut Autumnal Equinox dan secara astronomis menandai awal musim gugur di BBU.

Pada tanggal 22 Desember, BBU berada jauh dari matahari, malam menjadi panjang dan siang menjadi pendek.  Pada tanggal ini BBU mengalami siang terpendek, disebut sebagai Winter Soltice (titik balik musim dingin), yaitu hari pertama musim dingin secara astro­nomis.  Pada saat ini matahari tepat berada di atas 23.5o LS, dise­but sebagai Tropic of Capricorn.

Pada tanggal 21 Maret, menandai mulainya musim semi secara astrono­mis di BBU disebut sebagai Vernal Equinox, matahari kembali bersinar tepat diatas ekuator.  Secara singkat, musim-musim diatur oleh energi matahari yang mengenai planet bumi yang miring dan berputar.  Kemiringan bumi menyebabkan keragaman musiman dari panjang hari dan intensitas matahari yang mencapai permukaan.

Hal lain yang mempengaruhi jumlah radiasi yang diterima permukaan adalah sudut datang surya.  Radiasi yang mencapai bumi dengan tegak dan langsung jauh lebih kuat daripada radiasi yang jatuh dengan sudut tertentu, karena radiasi yang mengenai bumi dengan membentuk suatu sudut akan tersebar dan harus menyinari daerah yang lebih luas daripada radiasi yang jatuh tegak dan langsung (Gambar 2.8).  Aki­batnya, waktu matahari tinggi di langit, ia akan menyinari tanah sampai suhu yang lebih tinggi daripada jika matahari rendah di horizon.  Dari puncak atmosfir sekarang radiasi menuju ke permukaan bumi dengan melewati dan berinteraksi dengan atmosfir.



Gambar 2.8. Pengaruh sudut datang terhadap jumlah radiasi yang diterima permukaan bumi.






2.4.  Interaksi radiasi dan Atmosfir

Pada saat energi surya jatuh pada puncak atmosfir bumi-dikuantifikasikan sebagai 100 unit-, aliran energi secara global dimulai. Secara umum energi radiasi ini jatuh diatas atmosfir (44 unit), awan (38 unit), molekul-molekul gas dan partikel-pertikel debu dan polutan (18 unit), oleh ketiganya energi dapat langsung dipantulkan ke angkasa luar, disimpan dalam sistem bumi-atmosfir, diserap, lalu diubah bentuknya.

Pada saat energi surya mulai menembus ke bawah dari puncak atmosfir, terjadilah penyerapan dan pembauran radiasi.  Meskipun penyerapan menyebabkan pemanasan yang pada akhirnya menyebabkan pancaran gelom­bang panjang, dan kemudian diserap oleh gas-gas atmosfir, tetapi pada bagian berikut ini yang akan dibicarakan hanyalah penyerapan, pembauran dan penerusan dari radiasi gelombang pendek.  Untuk penyerapan dan pancaran balik dari gelombang panjang akan dibicara­kan kemudian.

Pembauran Radiasi Surya

Pembauran dari radiasi surya terjadi setiap kali satu foton radiasi mengenai hambatan di atmosfir tanpa terjadi penyerapan,  satu-satunya akibat dari pembauran adalah merubah arah perjalanan foton dan menghasilkan berbagai warna di langit.  Perubahan arah ini dapat terjadi ke berbagai arah dan ke semua jurusan.  Untuk memudahkan, kita hanya mempelajari peruba­han ke arah atas (6 unit) atau ke bawah (12 unit) relatif terhadap bumi.  Pembauran radiasi ke atas, kalau tidak dibaurkan lagi ke bawah, akan hilang ke angkasa luar dan tidak lagi ambil bagian dalam proses energi.  Sebaliknya radiasi yang dibaurkan ke bawah, tetap berada dalam sistem dan bertahan untuk interaksi berikutnya.

Jika radiasi mengenai hambatan-hambatan yang berukuran kecil seperti molekul-molekul gas maka terjadi pembauran yang disebut pembauran Rayleigh. Pembauran tipe ini adalah ciri dari atmosfir yang terutama tersusun oleh gas-gas atmosfir yang normal, tanpa kontaminasi.  Hasil utama dan yang jelas dari pembauran rayleigh adalah warna biru pada langit di siang hari, artinya kalau langit berwarna biru, dapat dikatakan atmosfir bersih dari polutan.

Setiap kali awan, partikel-partikel polusi atau butiran air muncul di atmosfir, terjadi pembauran Mie.  Pada pembauran ini ada kecenderungan untuk membaurkan cahaya dari semua panjang gelombang, yang efeknya terlihat jelas waktu atmosfir tampak buram (penuh dengan polutan) dan menyebabkan langit berwarna biru abu-abu, karena tidak ada panjang gelombang yang lebih dibaurkan dibanding dengan yang lain.  Pengaruh pembauran menjadi tidak begitu nyata pada kondisi langit berawan, karena sebagian besar butiran awan disamping membaurkan radiasi, juga menyerap radiasi tersebut.

Waktu radiasi jatuh pada benda yang jauh lebih besar, seperti permu­kaan bumi atau permukaan awan yang besar terjadi perubahan total dari arah radiasi yang tidak diserap.  Secara konvensional hal yang khusus dari pembauran ini disebut sebagai pantulan. Awan memantulkan 20 unit langsung ke angkasa luar sedangkan permukaan bumi memantulkan langsung sebanyak 4 unit. Pantulan dan pembauran secara tunggal atau ganda mengakibatkan terdapatnya arus radiasi yang mengarah ke atas dan ke bawah. Perbandingan antara radiasi yang meninggalkan permukaan bumi dan yang menuju permukaan bumi  disebut Albedo. Dengan menjumlahkan semua radiasi yang kembali keangkasa luar (6 unit karena pembauran, 20 unit dari pantulan awan dan 4 unit dari pantulan permukaan bumi) maka total nilai pantulan bumi adalah 30 unit atau nilai albedo bumi adalah 0.3. Nilai ini sangat bergantung pada sifat alami dari permukaan dan keragaman dari jenis permukaan mempunyai pengaruh yang nyata untuk tiap iklim lokal.  terhadap iklim lokal.        Selain pembauran, radiasi di atmosfir juga mengalami penyerapan.

Penyerapan Radiasi Surya

Penyerapan radiasi surya (gelombang pendek) oleh gas-gas di atmosfir relatif kecil dan diperkirakan tidak sepenting pembauran.  Radiasi ultra violet sangat kuat diserap oleh ozone pada lapisan bawah stratosfir. Penyerapan gas-gas di atmosfir ini hanya mengurangi sekitar 18 unit dari energi yang sampai di puncak atmosfir sementara penyerapan oleh awan mengurangi 2 unit lagi; sehingga total yang diserap sebelum mencapai permukaan bumi adalah 20 unit.  Jumlah ini jauh lebih sedikit dibanding jumlah energi yang diserap permukaan (50 unit). 

Meskipun pembauran dan penyerapan adalah proses yang berbeda dan mempunyai akibat yang berbeda, mereka terjadi hampir bersamaan dan untuk memudahkan sering lebih diperhitungkan sebagai satu unit tunggal yaitu pengurangan jumlah radiasi surya oleh atmosfir. 

Pengaruh neto dari interaksi antara radiasi gelombang pendek dan atmosfir dirangkum dalam Gambar 2.2.  Dapat disimpulkan bahwa dari energi yang datang di puncak atmosfir, 26% dibaurkan kembali oleh udara dan awan dan 20% diserap, sehingga 54% mencapai permukaan bumi.  Bagian berikut akan mendiskusikan energi surya yang mencapai permukaan bumi.


2.5.  Radiasi surya pada permukaan bumi

Interaksi terakhir dari radiasi surya yang datang menembus atmosfir adalah dengan permukaan bumi itu sendiri.  Radiasi yang jatuh pada permukaan yang tidak tembus cahaya mungkin diserap atau dipantulkan.  Bagian dari radiasi yang jatuh dan dipantulkan, atau albedo permu­kaan, tidak begitu bergantung pada panjang gelombang, dan tiap permukaan mempunyai nilai sendiri (Tabel 2.1). 

Kebanyakan permukaan alami memiliki albedo antara 0.1 dan 0.25.  Albedo permukaan hutan memiliki nilai yang sedikit lebih tinggi.  Salju adalah  perkecualian karena memiliki nilai albedo yang sangat tinggi, air juga perkecualian karena secara umum albedonya rendah.



Tabel 2.1.  Nilai Albedo dan Emisivitas Beberapa Tipe Permukaan.

                                                   
Tipe                                         Albedo                                                Emisivitas

Hutan Tropis                           0.13                                                     0.99
Hutan Kayu                            0.14                                                     0.98
Daerah Pertanian                     0.20                                                     0.95
Padang Pasir                           0.37                                                     0.89
Air                                           0.08                                                     0.96
Lautan Es                                0.25-0.60                                             0.90
                                                  

Albedo Permukaan

Albedo yang tinggi menunjukkan bahwa bagian terbesar dari energi yang jatuh dipantulkan, bukan diserap.  Sebagai contoh, albedo yang tinggi dari salju berarti salju memantulkan sebagian besar dari energi yang jatuh daripada menyerapnya dan mengubahnya menjadi panas.  Dengan demikian permukaan salju yang mengkilap dapat berta­han pada hari yang panas.  Salju yang kotor mengandung benda-benda dengan albedo yang lebih rendah dan akan menyerap radiasi sehingga melebur lebih cepat. 

Demikian juga, perbedaan albedo antara vegetasi dan permukaan buatan manusia yang berdekatan dengannya adalah salah satu sebab dari adanya beda suhu antara kedua jenis permukaan tersebut.  Meskipun masih banyak faktor lain selain albedo yang harus dipertimbangkan dalam menganalisa perbedaan suhu, albedo permukaan adalah pertimban­gan utama dalam pembentukan iklim lokal.

Secara umum, albedo permukaan bumi bernilai sekitar 0.15, hal ini terutama disebabkan oleh dominansi air sebagai jenis permukaan.  Ini berarti bahwa bagian terbesar dari energi yang mencapai permukaan diserap.  Hal ini terlihat jelas pada Gambar 2.2 bahwa sekitar 50% dari energi surya yang mencapai planet bumi diserap permukaan di­bandingkan dengan hanya 20% yang diserap atmosfir. 

Albedo planet bumi adalah 0.3, dengan kata lain 30% dari radiasi datang dipantulkan.  Dominansi dari penyerapan dan pemanasan menun­jukkan bahwa sumber utama pemanasan bagian bawah atmosfir adalah permukaan bumi.

Meskipun dalam membicarakan energi dari sistem iklim jarang diperlu­kan pemecahan radiasi gelombang pendek di permukaan kedalam daerah spektrum yang lebih spesifik, untuk beberapa terapan tertentu hal ini mungkin diperlukan.  Contoh yang jelas adalah keragaman dari respons tanaman terhadap panjang gelombang radiasi yang datang (Gambar 2.9). 

Pada sebagian besar daun, terjadi penyerapan yang kuat pada panjang gelombang ultra violet, biru dan merah dimana energinya digunakan untuk foto­sintesis.  Penyerapan yang lemah terjadi pada dekat infra merah dan hampir semua energinya diteruskan atau dipantulkan.  Penyerapan yang lemah ini terjadi pada daerah dimana energi surya tidak dibutuhkan, hal ini menghindarkan jaringan tanaman dari pemanasan yang berlebi­han.  Dengan demikian keragaman dari komposisi spektrum radiasi surya mempengaruhi pertumbuhan tanaman.


Pengaturan Fotosintesis oleh Radiasi Surya

Jumlah dari fotosintesis yang berarti juga jumlah pertumbuhan tana­man bergantung tidak hanya pada komposisi spektrum radiasi, tetapi juga pada jumlah radiasi.  Secara umum, apabila faktor-faktor lain seperti ketersediaan  air dan konsentrasi CO2 terdapat dalam jumlah yang tidak terbatas, jumlah dari fotosintesis meningkat secara linear terhadap energi sampai pada titik tertentu (Gambar 2.9.).  Lewat dari titik ini tanaman menjadi jenuh cahaya dan laju fotosin­tesis akan konstan (tetap). 

Nilai kejenuhan tergantung pada jenis tanaman.  Tanaman yang menyu­kai naungan memiliki nilai kejenuhan rendah sementara tanaman lain hampir tidak pernah menerima cukup energi untuk mencapai tingkat kejenuhan.  Akan tetapi pada selang radiasi yang terlalu tinggi, mekanisme pengaturan suhu pada tanaman mungkin akan hancur sehingga terjadi kekeringan dan kematian.

2.6.  Radiasi Gelombang Panjang

Seperti ditunjukkan oleh Gambar 2.2 sebagian radiasi surya langsung diserap di atmosfir, tetapi bagian terbesar menembus atmosfir dan diserap permukaan bumi.  Penyerapan radiasi surya menyebabkan pema­nasan dan pada akhirnya menimbulkan pancaran radiasi gelombang panjang.  Jumlah dari energi yang dipancarkan dinyatakan oleh hukum Stefan-Boltzman (Persamaan 2.3).  Modifikasinya untuk pengaruh emisivitas   dirumuskan sebagai:

E* = ε σ  T4   (2.1)

Karena keragaman dari emisivitas terhadap panjang gelombang adalah kecil untuk benda padat dan cair tetapi besar untuk gas, perlu dijelaskan secara terpisah antara pancaran panjang gelombang di permukaan bumi dan di atmosfir.


Emisivitas Infra Merah di Permukaan

Meskipun berbagai jenis permukaan bumi memiliki emisivitas yang berbeda (Tabel 2.1) hampir semuanya bernilai sama dengan satu atau lebih dari 0.9.  Permukaan buatan cenderung memiliki nilai sedikit dibawah nilai ini dan air memiliki emisivitas jauh diatas 0.9. 

Dalam perhitungan neraca energi yang teliti dari jenis permukaan tertentu, atau waktu membandingkan jenis-jenis permukaan yang sangat berbeda, perbedaan nilai emisivitas ini harus disertakan, tetapi untuk banyak perhitungan dapat diasumsikan emisivitas yang seragam untuk permukaan tanah dan nilai yang seragam juga untuk air.  Bahkan untuk beberapa tujuan dimungkinkan untuk mengasumsikan permukaan bumi berlaku sebagai benda hitam sempurna untuk radiasi gelombang panjang.

Asumsi yang sederhana ini tidak mungkin berlaku untuk atmosfir.  Nilai dari tingkat penyerapan dan emisivitas sangat bervariasi tergantung pada panjang gelombang.  Nilai tersebut juga bergantung pada jumlah suhu dan tekanan dari gas yang memancar.



Gambar 2.9.  Pengaruh radiasi jatuh terhadap laju fotosintesis untuk 4 jenis tanaman hijau yang mewakili jenis-jenis tanaman yang tertulis dalam tanda kurung.


Penyerapan dan Pemancaran Gas

Setiap gas menyerap energi radiasi pada suatu rangkaian dari selang panjang gelombang yang sempit yang disebut garis-garis penyerapan spektrum.  Umumnya garis-garis ini digabungkan dalam satu group dan membentuk  pita-pita penyerapan.  Lokasi dari pita-pita tersebut dan kekuatan mereka menyerap bergantung pada susunan molekul gas.  Jika jumlah gas, suhu dan tekanan atmosfir total meningkat, pita-pita ini melebar dan jumlah yang diserap meningkat. 

Gas yang paling menyerap di atmosfir bumi adalah uap air, karbon dioksida dan ozon dalam konsentrasi yang sangat kecil.  Sebagian besar pita serapan yang lebih lebar muncul di daerah infra merah dari spektrum (panjang gelombang » 3 µm) diwilayah ini sejum­lah besar energi dipancarkan. Perkecualian terjadi terutama pada daerah antara 8 dan 14 µm yang dijuluki jendela atmos­fir.

Sebagai akibat dari karakteristik serapan ini sebagian besar radiasi gelombang panjang  yang dipancarkan oleh permukaan bumi diserap atmosfirHanya sebagian kecil yang diteruskan melewati jendela atmosfir dan lepas ke angkasa. Dari semua gelombang panjang yang diserap atmosfir (dikuantifikasikan menjadi 100 unit), sebagian besar (95 unit) dipancarkan kembali ke permukaan bumi sehingga dikombinasikan dengan serapan gelombang pendek (50 unit), permukaan bumi menerima energi sebanyak 145 unit. Bagian yang diserap ini,  kemudian dipancarkan kembali, diserap dan memanaskan atmosfir (udara), sedangkan sebanyak 6 unit dilepas ke angkasa luar melalui jendela atmosfir.

Sebagian kecil (30 unit) dari energi yang diterima permukaan bumi dilepas di permukaan bumi melalui proses konduksi, konveksi dan evaporasi. Sebanyak 23 unit diubah menjadi panas laten yaitu panas yang digunakan untuk merubah fase air (dari cair menjadi uap) dan 7 unit sisanya menjadi panas terasa yang menghangatkan permukaan bumi melalui proses konduksi (melalui perambatan molekul) atau konveksi (lewat perpindahan udara).

Pengaruh awan

Pada kondisi atmosfir yang berawan pertukaran energi yang mendasar itu terjadi juga tetapi kerumitan muncul karena kehadiran awan mengubah ketergantungan panjang gelombang terhadap emisivitas.  Pengaruh yang terpenting adalah bahwa awan cenderung menutup jendela atmosfir karena kemampuan awan menyerap yang sangat besar pada daerah infra merah

Pengaruh ini segera terasa bila kita membandingkan suhu pada malam yang berawan dengan pada malam tanpa awan.  Pada keadaan yang bera­wan, penutupan jendela atmosfir mencegah dengan nyata jumlah radiasi gelombang panjang yang hilang.  Akibatnya, pada malam yang berawan temperaturnya turun lebih sedikit dibandingkan dengan malam tanpa awan.

Pengaruh Rumah Kaca

Karena atmosfir hampir tembus pandang terhadap panjang gelombang surya, tetapi sangat menyerap radiasi bumi, sebuah analogi digunakan sejak lama antara atmosfir dan rumah kaca.  Istilah rumah kaca digunakan dalam literatur untuk menamakan proses-proses di atmosfir pada saat energi surya lewat hampir tanpa hambatan ke permukaan dan memanaskan permukaan, lalu memancarkan radiasi gelombang panjang yang akhirnya diserap atmosfir untuk diradiasikan kembali ke bumi.   Effek neto dari proses ini digunakan untuk mempertahankan permukaan bumi pada suhu yang tinggi daripada keadaan yang mungkin terjadi jika atmosfir tembus pandang terhadap radiasi gelombang panjang, seperti halnya terhadap gelombang pendek.  Telah kita ketahui bahwa rumah kaca sangat mempertahankan suhu ruangan terutama karena naun­gannya memungkinkan pengurangan pemindahan secara golakan (turbulen­si) dari energi yang meninggalkan permukaan. 

Jadi sementara konsep dari efek rumah kaca tetap memiliki dasar yang benar dan penting untuk atmosfir, prosesnya secara fisik lebih tepat jika disebut sebagai analogi "ember yang bocor" seperti yang dilu­kiskan pada Gambar 2.10. 

Pada analogi ini setiap penambahan jumlah dari suatu gas yang memi­liki pita serapan dibagian infra nerah disamakan sebagai penyempitan ukuran lobang pada dasar ember.  Suhu permukaan digambarkan sebagai kedalaman (tinggi) air di ember yang meningkat dengan lebih banyak­nya gas yang menyerap hadir di atmosfir.  Salah satu kekuatiran terhadap meningkatnya konsentrasi CO2 di atmosfir di seluruh dunia adalah kemungkinan meningkatnya efek rumah kaca yang memungkinkan peningkatan suhu permukaan.

Seperti diterangkan sebelumnya,  Gambar 2.2 (b) merangkum diskusi diatas.  Gambar tersebut menunjukkan dengan jelas bahwa sejumlah kecil energi melewati jendela atmosfir langsung ke angkasa dan jumlah yang lebih besar dari radiasi gelombang panjang bertukar antara bumi dan atmosfir.  Arus datang dan pergi dari gelombang panjang memiliki cara yang sama dengan arus gelombang pendek yang datang, tetapi radiasi gelombang panjang adalah hasil interaksi yang terus menerus tanpa keragaman harian yang merupakan ciri khas energi matahari.

2.7. Neraca Radiasi Secara Global


Dalam skala waktu beberapa tahunan akan terjadi angka yang kira-kira sama antara jumlah radiasi surya yang diterima dari matahari di puncak atmosfir dengan jumlah radiasi gelombang panjang yang dilepas ke angkasa.  Karena itu terjadi keseimbangan radiasi secara global (Gambar 2.2). 

Keragaman kecil akan terjadi dari tahun ke tahun, contohnya, sebagai akibat keragaman output matahari.  Akan tetapi keseimbangan harus dipertahankan jika iklim dalam skala panjang dikehendaki stabil.  Dapat dipastikan bahwa kehadiran dari ketidak seimbangan meskipun kecil tetapi berlangsung untuk waktu yang lama akan menyebabkan variasi iklim dan mungkin akan menjadi salah satu sebab dari peruba­han iklim.

Perbedaan Arus Energi Secara Lintang

Keseimbangan energi yang terjadi adalah suatu gejala global.  Tidak ada tempat atau wilayah khusus yang secara individual berada dalam keseimbangan radiasi.  Justru ketidak seimbangan secara lokal yang menyebabkan terjadinya iklim seperti yang telah kita ketahui. 
Ketidak seimbangan pada setiap lintang dengan mudah digambarkan dengan membandingkan nilai rata-rata radiasi surya  yang diserap dan radiasi infra merah yang dipancarkan oleh sistem secara lintang (Gambar 2.10).  Jumlah dari energi radiasi yang diserap dipengaruhi oleh jumlah total yang datang dan oleh albedo sehingga pada lintang tinggi kehadiran es dan salju banyak mengurangi radiasi surya yang jumlahnya memang sudah sedikit.  Demikian juga meningkatnya albedo tepat di sebelah utara ekuator yang disebabkan oleh banyaknya awan di daerah ini menyebabkan berkurangnya radiasi surya yang diserap daerah ini.


Gambar 2.10.  Penjelasan skematik dari rumah kaca dan "ember bocor" yang dapat digunakan untuk menjelaskan pengaruh penutupan atmosfir terdadap temperatur permukaan bumi.


Berlawanan dengan perbedaan yang besar dari radiasi surya yang diserap antara di ekuator dan di kutub, hanya ada sedikit perbedaan untuk radiasi gelombang panjang yang dipancarkan.  Dari hal ini dapat dikatakan bahwa perbedaan suhu antara ekuator dan kutub jauh lebih kecil dibandingkan jika radiasi surya merupakan satu-satunya penyebab perbedaan. Pada kenyataannya rata-rata kondisi iklim tahunan pada setiap lin­tang jauh lebih menyenangkan dibanding jika setiap jika setiap daerah berada dalam keadaan seimbang secara radiatif.  Atmosfir bekerja sangat efisien untuk menyebarkan kembali energi. 

Lintang-lintang tropis didinginkan dengan cara mengirimkan energi ke daerah lintang tengah dan tinggi yang menyebabkan daerah-daerah ini mendapat energi dan menjadi lebih panas.  Penyebaran kembali energi adalah akibat langsung dari perbedaan suhu antara kutub dan ekuator, dan perbedaan itu sendiri adalah sebab dari ketidakseimbangan radia­si di setiap lintang. 

Pengangkutan antar lintang dicapai dengan perpindahan energi secara horizontal dengan menggunakan baik sirkulasi atmosfir maupun sirku­lasi laut.  Seluruh proses ini bekerja dalam cara yang sedemikian rupa sehingga seluruh sistem yang dikontrol oleh ketidakseimbangan radiasi mencoba untuk mencapai keseimbangan.



Gambar 2.10.  Unsur-unsur neraca radiasi bumi secara lintang seperti yang didapat dari radiometer satelit NOAA Juni 1974 sampai February 1978.


2.8.  Neraca Radiasi di Permukaan

Permukaan bumi adalah lokasi dari perubahan energi yang terpenting dalam aliran energi secara global yaitu penyerapan radiasi surya dan pemancaran radiasi infra merah.  Permukaan  bumi juga mengalami keseimbangan energi seperti pada rata-rata tahunan secara global, jumlah energi yang mencapai permukaan sama dengan yang meninggalkan­nya.  Tetapi, di permukaan bumi tidak tepat untuk hanya berfikir dari segi arus radiasi. 

Seperti yang ditunjukkan Gambar 2.2 (b). di permukaan bumi, arus dari panas laten dan panas terasa (yang tidak bersifat radiasi) harus disertakan, dengan demikian berarti bukan keseimbangan radiasi di permukaan dalam arti sebenarnya. Untuk neraca radiasi di permu­kaan bumi lebih bermanfaat untuk mempertimbangkan jumlah total radiasi pada semua panjang gelombang yang diserap permukaan.


Dengan demikian radiasi neto di permukaan digambarkan sebagai:

Q* = K↓ - K↑ + L↓- L↑ = (1 -A)K↓+L↓ - εσ Ts4)  (2.2)

dalam hal ini:
Q = radiasi neto
K = Arus gelombang pendek
L = Arus gelombang panjang
A = Albedo permukaan
ε = Emisivitas

Bentuk yang pertama dari persamaan menekankan bahwa radiasi neto adalah jumlah dari semua arus, sementara bentuk yang kedua menekan­kan pada peranan karakteristik permukaan (terutama albedo permukaan A dan emisivitas ε) dalam menentukan jumlah radiasi yang diserap.

Siklus harian Neraca Radiasi di Permukaan

Dalam skala harian, unsur gelombang pendek K adalah komponen dari radiasi neto Q* yang paling bervariasi dalam jumlah. Komponen ini beragam sesuai (tergantung) ketinggian lintang, musim dan  waktu dalam hari. Contoh yang khas dari keragaman harian untuk daerah lintang tengah ditunjukkan pada Gambar 2.11,  Gambar 2.11a mewakili kondisi tanpa awan dan Gambar 2.16b adalah kondisi berawan.  Komponen radiasi surya neto hanya mengikuti bentuk komponen radiasi datang, besarnya keragaman diperlemah oleh pengaruh albedo permu­kaan. 

Radiasi gelombang panjang yang datang lebih seragam.  Jumlah­nya yang tergantung pada suhu dan kelembaban udara dibawahnya, akan berubah melalui pengaruh tertentu seperti gerakan horizontal yang berkaitan dengan angin. 

Radiasi neto keseluruhan Q* nampaknya mengikuti komponen neto gelom­bang pendek  dengan agak erat, meskipun hubungannya lebih erat pada hari yang tidak berawan (Gambar 2.11a), sehingga tidak ada pola harian yang dapat diduga secara lengkap dari pertimbangan komponen yang bersifat radiatif saja. 

Kalau pergerakan udara relatif kecil peningkatan radiasi gelombang panjang yang datang (L ↓) diharapkan terjadi pada siang hari bersa­maan dengan pemanasan atmosfir oleh serapan langsung energi surya dan oleh pemindahan panas dari lapisan yang dibawahnya.  Permukaan itu sendiri akan dipanaskan oleh penyerapan radiasi dan jumlah gelombang panjang yang pergi (L↑ ). 

Nilai maksimum dari L↑ (yang bernilai negatif karena itu terdapat lekukan pada Gambar 2.11a) akan tercapai lebih lambat daripada waktu pencapaian maksimum (K↓-K↑) karena pemanasan akan terus terjadi sepanjang nilai radiasi neto positip. 

Sepanjang malam, Q* cenderung bernilai negatip.  Hanya komponen gelombang panjang yang bekerja aktif karena itu nilai Q* akan ber­gantung pada perbedaan suhu radiatif antara atmosfir dan suhu permu­kaan.  Dengan demikian ada kecenderungan kehilangan gelombang pan­jang lebih besar pada malam yang tidak berawan dibandingkan waktu awan menutup jendela atmosfir.         

Meskipun temperatur permukaan menggambarkan pengaruh radiasi neto, masih ada aliran energi lain yang mempengaruhi permukaan dan akhir­nya merubah temperaturnya.  Dengan demikian untuk memahami bagaimana temperatur permukaan bumi terbentuk dan bagaimana keragamannya secara tempat dan waktu, harus dipertimbangkan hubungan antara energi dan temperatur dan neraca energi di permukaan.  Hal ini akan dibahas dalam bab berikutnya.



Gambar 2.11.  Keragaman harian dari komponen nerace radiasi di permukaan; a) pada keadaan cerah dan b) pada keadaan sebagian berawan








Latihan dan Diskusi

1.  Apa keuntungan dan kerugian dari negara Indonesia yang berada di wilayah ekuator karena mendapatkan radiasi yang tinggi sepanjang tahun ?

2.  Perhatikan Gambar 2.2a. jawablah dan isilah titik-titik dibawah ini untuk neraca radiasi datang/radiasi gelombang pendek:

Jika radiasi yang datang dihitung sebagai 100 unit, maka pembagian radiasi datang adalah sebagai berikut:

Yang jatuh diatas awan adalah sebanyak = ……………..unit dan yang jatuh di atmosfir bebas adalah sebanyak =  …………..  unit.

Dari yang jatuh diatas awan radiasi matahari mengalami : penyerapan oleh awan :   …….     unit;  diteruskan ke permukaan bumi sebagai …………. sebanyak …………..unit dan dipantulkan oleh awan sebanyak …………unit.

Dari yang jatuh diatas atmosfir bebas, radiasi matahari mengalami penyerapan oleh atmosfir sebanyak ………..unit, langsung menuju permukaan bumi sebanyak …….unit, yang kemudian dipantulkan oleh permukaan bumi sebanyak …….unit, sehingga permukaan bumi hanya menerima …………..unit.

Yang jatuh di atmosfir bebas ada yang jatuh diatas partikel-partikel polutan sebanyak ………unit, lalu mengalami ……………; yang dibaurkan menuju ke atas ada ………unit, sedangkan yang menuju ke bawah ada …………unit.

Dengan demikian, radiasi yang datang ke bumi total  ………unit ; dipantulkan kembali ke angkasa luar, ……………..unit; diserap atmosfir dan awan dan ………….unit; dan diserap permukaan bumi……..unit

3.  Perhatikan Gambar 2.2b.  Isilah titik-titik berikut ini untuk neraca radiasi pergi/radiasi gelombang panjang.

Dari neraca radiasi gelombang pendek didapat jumlah radiasi gelombang pendek yang sampai di permukaan bumi adalah ……….unit, sedang dari radiasi gelombang pendek yang diserap atmosfir,  ……..unit dipancarkan balik menuju permukaan bumi, dengan demikian permukaan bumi total menerima energi radiasi gelombang pendek sebesar …………unit.

Dari jumlah radiasi yang diterima permukaan bumi tersebut, dipancarkan sebagai gelombang panjang ke luar angkasa = ………unit , dipancarkan sebagai gelombang panjang ke atmosfir =  ……..unit  dan diubah menjadi panas sebesar ……….unit, terbagi sebagai panas terasa =……………unit dan sebagai panas laten = ……….. unit

Atmosfir memancarkan gelombang panjang ke luar angkasa sebesar ………unit sedangkan awan memancarkan ………….unit. Dengan demikian total jumlah radiasi gelombang panjang yang lepas ke luar angkasa adalah :……..unit

Atmosfir dan awan kehilangan 20 unit, dengan perincian :

Radiasi yang didapat =    ……………             +     ……………. = ………….unit
Radiasi yang dilepas =     …………. + ………  ..+ ……….    ….= ………….unit

Dan permukaan bumi kehilangan  50 unit, dengan perincian:

Radiasi yang didapat =  …………..unit
Radiasi yang hilang =    …………..+ ………….+…………. = …………….unit





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)