masyarakat madani


MAKALAH
MEWUJUDKAN MASYARAKAT MADANI YANG BERLANDASKAN PANCASILA

OLEH
VERY WIBOWO
1114121196








PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2011




I.                    PENDAHULUAN

 Setiap masyarakat tentulah menginginkan kehidupan yang sejahtera dan diperhatikan oleh pemerintah. Mereka menginginkan kehidupan yang aman dan tentram, tanpa adanya kekacauan yang dialami dalam kehidupan bermasyarakat. Menciptakan masyakat yang aman, tentram dan sejahtera tentu bukan pekerjaan yang mudah, tentu banyak faktor yang mempengaruhi perubahan tersebut.
Pada saat rasulullah menjadi khalifah di madinah, beliau mampu menciptakan masyarakat yang aman, sejahtera, dan tanpa adanya perbedaan antara kaum mayoritas dan kaum minoritas. Beliau mampu menjalan kan roda pemerintahan dengan sangat baik dan menciptakan masyarakat yang damai. Pada zaman inilah tercipta suatu kehidupan yang seimbang antara satu dengan yang lain, kehidupan sosial yang damai dan sering kita menyebutnya sebagai masyarakat madani. Masyarakt madani merupakan Masyarakat yang sejahtera, bermartabat kemanusiaan yang menghargai HAM, masyarakat yang demokratis yang bermoral religius, serta masyarakat yang bermoral kemanusiaan dan beradab.
Pancasila berperan dalam perubahan masyarakat kearah yang lebih baik. Pacasila selain berfungsi sebagai dasar negara tentu saja berperan dalam cerminan masyarakat indonesia dalam menjalani kehidupan bermasyarakat yang ideal sebagai warga negara Indonesia. Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan dan pedoman kehidupan berbangsa dan bernegara bagi seluruh rakyat Indonesia.
Oleh karna itu dalam pembentukan masyarat yang madani, pancasila berperan vital dalam terwujudnya masyarakat yang aman, damai dan sejahtera. selain itu manusia yang menjalaninya lah yang harus mulai sadar betapa kehidupan bermasyarakat aman, damai dan sejahteralah yang akan menjadikan mereka lebih baik.

II.                  PERMASALAHAN

Bagaimanakah menciptakan masyarakat madani yang berpedoman pada nilai-nilai pancasila?

III.                PEMBAHASAN

Dalam membentuk negara yang madani bukan pekerjaan mudah tentu membutuhkan dukungan dari merbagai pihak seperti peran pemerintah yang mengatur undang-undang dan tentu saja peran dari masyarakat yang mendukung terwujudnya masyarakat yang madani. Ada faktor-faktor yang diperlukan untuk membangun masyarakat madani diantaranya:
1.      Penghayatan utuh dan pengalaman yang tulus serta dukungan prasarana sosbud
2.      Pergeseran peran pemerintah dari “government” menjadi “governance”
3.      Menjunjung tinggi hukum dan HAM
4.      Keterkaitan iptek, moralitas, jaminan hukum, dan persamaan hak
5.      Etika pluralisme
6.      Pemerintahan yang profesional dan demokratis
 Faktor-faktor inilah yang berperan besar dalam membangun masyarakat madani.
Faktor-faktor diatas juga sangat berkaitan dengan nilai-nilai pancasila  artinya dalam pancasila tidak ada pertentangan untuk terciptanya masyarakat yang madani. Penerapan nilai-nilai pancasila juga harus mulai ditanamkan sejak dini sehingga pembentukan generasi akan lebih terarah dan masyarakat kita mengetahui nilai-nilai pancasila dan dapat menerapakanya dalam kehidupan sehari-hari.
Selanjunya peran pancasila dalam masyarakat madani adalah memperkokoh sikap masyarakat dalam bertindak dan menjalani kehidupan bermasyarakat, serta menelaah nilai-nilai pancsila sehingga dapat terbentukmya masyarakat yang diinginkan. 

IV.               KESIMPULAN

Berdasarkan uraian diatas tentu saja kita dapat mengambil kesimpulan bahwa terciptanya masyarakat yang madani di negara kita sangat mungkin dapat terwujud, jika seluruh pemimpin dan warga negara kita mau menjunjung tinggi nilai-nilai pancasila.
 Nilai-nilai pancasila yang ada, tidak bertentangan dengan masyarakat madani yang pernah dicontohkan oleh rasulullah Muhamad SAW, yang dimana terciptanya masyarakat yang aman, tentram dan sejahtera walaupun berbeda suku dan agama mereka tetap bisa hidup harmonis dalam satu negara. Dikarnakan pemimpin yang mampu dijadikan tauladan dan para masyarakat yang menjunjung tinggi keadilan dan aturan yang berlaku pada jaman tersebut.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)

IPTU BAB 4


IV.                  PERKEMBANGAN PENYAKIT TUMBUHAN

     Sebagaimana telah diuraikan dalam bab-bab terdahulu bahwa penyebab penyakit tumbuhan terutama disebabkan oleh jasad renik atau mikroorganisme seperti jamur, bakteri, molikut, virus, viroid, protozoa dan nematoda. Mikroorganisme ini ukurannya sangat kecil sehingga lebih peka terhadap pengaruh lingkungan.
     Patogen tumbuhan dicirikan oleh kemampuannya untuk tumbuh dan berkembang serta memperbanyak diri dengan cepat pada tumbuhan sakit, dan juga memiliki kemampuan untuk menyebar (menular) dari tumbuhan sakit  ke tumbuhan sehat.
4.1  Parasitisme dan Sebaran Inang Patogen
     Suatu organisme yang hidup pada organisme lain serta mendapatkan makanan sebagian atau seluruhnya dari organisme lain dinamakan parasit sedangkan  organisme lain yang memberikan makanan kepada parasit disebut inang.  Bila inang tersebut tersebut berupa tumbuhan yang memberikan makanan kepada parasit, tumbuhan tersebut dinamakan tumbuhan inang.  Pengambilan makanan oleh parasit dari inangnya disebut parasitisme.  Parasit tumbuhan merupakan organisme yang mempunyai hubungan yang erat dengan tumbuhan inangnya, serta dapat tumbuh, berkembang dan memperbanyak diri dengan mengorbankan tumbuhan inangnya.               
     Bila parasit mengkonsumsi makanan dan air  dari tumbuhan inangnya tentu akan mengurangi efisiensi pertumbuhan normal dari tumbuhan sehingga akan mengganggu pertumbuhan, reproduksi dan pekembangan selanjutnya dari tumbuhan inang.  Dengan demikian dalam banyak hal, parasitisme berhubungan erat dengan patogenisitas..  Yang dimaksud dengan patogenisitas adalah kemampuan dari suatu patogen untuk menimbulkan panyakit.  Hubungan parasitisme dengan patogenisitas ini terjadi karena kemampuan parasit menyerang dan hidup pada tumbuhan inang yang akhirnya akan menimbulkan perkembangan kondisi penyakit pada tumbuhan inang.  Urutan proses pekembangan penyakit mulai dari awal hubungan patogen dengan tumbuhan inang sampai tejadinya gejala yang lengkap disebut patogenesis.
     Dalam beberapa hal, parasitisme tidak selalu merugikan tumbuhan inang, contohnya hubungan bakteri nodula akar dengan tanaman kacang-kacangan atau hubungan jamur mikoriza  dengan akar dari kebanykan tanaman bunga-bungaan dan pepohonan hutan.  Hubungan kedua macam organisme demikian malah saling menguntungkan bagi perkembangan kedua organisme tersebut.  Hubungan demikian ini dinamakan simbiosis.  Dalam hal ini bakteri nodula akar (Rhizobium) mendapatkan makanan dari tanaman kacang-kacangan, sebaliknya tanaman kacang-kacangan mendapatkan Nitrogen bebas yang diikat oleh baktari tersebut.  Demikian juga jamur mikoriza mendapatkan makanan dari tumbuhan inangnya, sebaliknya tumbuhan inang menjadi lebih mudah mengabsorbsi unsur hara dari dalam tanah.
     Pada kebanyakan penyakit tumbuhan, tingkat kerusakan tumbuhan sering lebih besar dari jumlah bahan makanan yang dikonsumsi oleh parasit.  Tingkat kerusakan yang lebih besar tersebut diakibatkan oleh bahan-bahan yang dihasilkan parasit  atau bahan-bahan yang dihasilkan oleh tumbuhan inang sebagai tanggapan tumbuhan terhadap bahan-bahan yang dihasilkan oleh parasit.  Jaringan-jaringan yang rusak akibat adanya bahan-bahan tersebut dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan respirasi, kehancuran sel-sel, kelayuan, gugur daun/gugur buah, pembagian dan pembesaran sel secara abnormal dan kerusakan klorofil.  Dengan demikian tingkat kerusakan yang disebabkan oleh parasit tidak selalu sebanding dengan jumlah bahan makanan yang diambil oleh parasit dari tumbuhan inang.
Dari segi hubungan parasit dengan inangnya, ada dua macam parasit, yaitu parasit non obligat dan parasit obligat.  Parasit non obligat adalah parasit  (kebanyakan jamur dan bakteri) yang dapat hidup, baik pada tumbuhan inang hidup, tumbuhan inang yang telah mati maupun pada berbagai macam media makanan buatan.  Beberapa parasit non obligat hampir selama daur hidupnya bersifat sebagai parasit,  tetapi pada kondisi-kondisi tertentu dapat tumbuh/hidup  secara saprofitik pada bahan organik mati; karena itu parasit  demikian dinamakan saprofit fakultatif.  Parasit lainnya ada  yang hampir seluruh daur hidupnya tumbuh dengan baik pada bahan organik yang telah mati (nekrotrop) tetapi pada kondisi-kondisi tertentu dapat menyerang tanaman hidup dan bersifat parasitik.  Parasit demikian dinamakan parasit  fakultatif.
Biasanya tidak ada korelasi antara tingkat  parasitisme dari suatu patogen dengan berat ringannya penyakit yang ditimbulkan oleh patogen  tersebut karena banyak penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh patogen parasitik yang lemah dapat menyebabkan kerusakan yang lebih besar pada tanaman daripada patogen lainnya, bahkan oleh parasit obligat sekalipun.  Ada pula beberapa patogen yang menyebabkan tumbuhan sakit tanpa memarasit/mengambil bahan makanan dari tumbuhan inangnya.  Contoh patogen seperti ini adalah jamur Capnodium sp. yang menyebabkan penyakit jelaga (warna hitam) pada tanaman kopi.  Jamur ini menutupi permukaan daun kopi dengan miseliumnya, sedangkan makanannya bersumber dari sekresi serangga yang terdapat pada permukaan daun kopi tersebut. Beberapa parasit seperti jamur, bakteri rewel, molikut, protozoa, nematoda termasuk virus dan viroid adalah bersifat biotrop yaitu hanya dapat tumbuh/hidup dan berkembang biak pada  pada  tumbuhan hidup.  Parasit golongan ini disebut parasit obligat.
Parasit obligat dan non obligat umumnya berbeda dalam cara menyerang tumbuhan inangnya dan berbeda pula cara mengambil makanan dari tumbuhan inangnya.  Parasit non obligat menghasilkan enzim atau toksin yang dapat menyebabkan kerusakan atau kematian  komponen-komponen sel tumbuhan, kemudian parasit non obligat tersebut menggunakan isi sel yang telah mati itu untuk pertumbuhannya.  Kebanyakan jamur dan bakteri menggunakan cara ini, yaitu tumbuh pada substrat mati di dalam tumbuhan hidup sehingga nampak seperti saprofit.
     Parasit obligat bila menyerang tumbuhan inangnya, parasit ini  tidak mematikan sel-sel inangnya terlebih dahulu tetapi langsung mengabsorbsi bahan makan dengan cara mempenetrasi sel-sel hidup tumbuhan inangnya.  Pengurangan bahan makanan ini walaupun mengganggu pertumbuhan tumbuhan serta menimbulkan gejala penyakit namun tidak selalu mematikan tumbuhan inangnya.  Lama kelamaan sel-sel yang diabsorbsi bahan makannannya oleh parasit obligat akan mengalami kematian, dan kematian sel-sel ini akan menghambat perkembangan selanjutnya dari parasit sehingga akhirnya parasit tersebut akan mati juga.
     Yang dimaksud dengan kisaran inang dari patogen  adalah jenis-jenis tumbuhan  yang dapat menjadi inang bagi patogen yang sama.  Msing-masing patogen berbeda dalam hal macam tumbuhan yang dapat diserangnya, berbeda pula dalam hal organ dan jaringan yang dapat diinfeksinya atau berbeda pula dalam hal umur organ dan jaringan yang akan menopang pertumbuhannya.  Beberapa patogen serangannya hanya terbatas pada satu spesies tumbuhan inang saja, patogen lain hanya terbatas pada satu genus saja, sedang patogen yang lainnya dapat mempunyai kisaran inang yang sangat luas/banyak yang tergolong ke dalam banyak famili.
     Beberapa patogen ada yang hanya hidup/tumbuh pada organ/bagian tertentu saja dari tumbuhan, misalnya hanya pada akar, atau batang atau daun, buah berdaging lunak atau tumbuhan sayuran.  Namun ada pula patogen yang dapat menyerang seluruh bagian tumbuhan.  Beberapa patogen seperti parasit pembuluh, hanya menyerang jaringan pembuluh tertentu seperi pembuluh silem atau floem. Selain itu ada patogen yang hanya menyerang tumbuhan pada saat umur tertentu saja; misalnya stadia bibit, stadia tumbuhan muda, stadia tumbuhan dewasa, dan stadia tumbuhan tua.  Namun terdapat juga patogen yang dapat menyerang tumbuhan pada semua tingkatan umur.
     Parasit obligat biasanya hanya dapat menyerang jenis tumbuhan tertentu saja, sehingga sangat terbatas jenis tumbuhan inangnya.  Hal ini mungkin karena patogen tersebut telah berkembang secara paralel dengan tumbuhan inangnya sehingga nutrisi yang dibutuhkan patogen tersebut hanya cocok dan tersedia pada tumbuhan inangnya.  Namun demikian banyak pula virus dan nematoda walaupun bersifat obligat, tetapi dapat menyerang banyak macam tumbuhan.  Parasit non obligat umumnya menyerang banyak jenis tumbuhan dan banyak macam organ/bagian tumbuhan.pada berbagai umur.  Hal ini mungkin karena parasit non obligat tersebut memiliki enzim atau toksin yang tidak spesifik terhadap tumbuhan tertentu saja.  Walaupun demikian beberapa parasit non obligat ada yang hanya menyerang satu atau beberapa spesies tumbuhan.
4.2  Interaksi Patogen dengan Tumbuhan Inang
Untuk terjadinya suatu penyakit pada tumbuhan, paling tidak harus ada tiga komponen panyakit, yaitu patogen, tumbuhan inang dan lingkungan.yang saling beriteraksi dan memenuhi syarat, yaitu patogen dalam keadaan  patogenik, tumbuhan dalam keadaan peka dan kondisi lingkungan yang mendukung.  Bila ketiga faktor ini berada dalam keadaan demikian, penyakit akan dapat berkembang pada tumbuhan.  Interaksi ketiga komponen penyakit tersebut umumnya divisualkan dalam bentuk segitiga penyakit seperti berikut.
                                 
                                              Gambar 1.  Segitiga Penyakit
Setiap garis pada segitiga penyakit melambangkan masing-masing komponen penyakit, yaitu tumbuhan inang, patogen dan faktor lingkungan.  Bila salah satu komponen berubah maka akan berpengaruh terhadap berat ringannya penyakit baik secara individu tumbuhan maupun dalam populasi tumbuhan.
     Konsep segitiga penyakit dapat digunakan untuk memvisualkan pendekatan manajemen pengendalian penyakit tumbuhan. Sebagai contoh  pengurangan jumlah patogen dengan berbagai cara (misalnya manusia  menggunakan fungisida) akan mengakibatkan berkurangnya penyakit yang timbul walaupun tumbuhan dalam keadaan peka serta faktor lingkungan dalam keadaan  yang dapat mendukung terjadinya penyakit. Faktor lingkungan dapat juga disesuaikan/dimodifikasi atau diatur sedemikian rupa oleh manusia sehingga dapat mengurangi perkembangan penyakit, misalnya dengan jalan mengatur pH tanah atau mencukupi dan menyeimbangkan unsur  hara di dalam tanah, atau dengan mengurangi kelembaban  udara yang terlalu tinggi dengan mengatur jarak tanam sedemikian rupa atau melakukan pemangkasan tanaman.  Demikian pula bila tumbuhan yang resisten (tahan) ditanam, maka walaupun patogen dalam keadaan patogenik dan faktor lingkungan mendukung, penyakit tidak akan terjadi.  Konsep segitiga  penyakit ini pula yang menerangkan mengapa tumbuhan di alam tidak selalu menderita penyakit.  Dengan demikian manusia dapat mempengaruhi ketiga komponen penyakit sehingga terdapat hubungan antara faktor manusia, patogen, tumbuhan inang dan lingkungan yang dapat divisualkan sebagai limas penyakit (Gambar 2).
                            
                                                Gambar 2.  Limas Penyakit.                                                                  

4.3  Tahapan-tahapan Perkembangan Penyakit Tumbuhan
Pada Setiap penyakit menular terdapat tahapan-tahapan  peristiwa yang yang berbeda yang terjadi secara berurutan sehingga merupakan suatu kesatuan rangkaian yang menimbulkan perkembangan penyakit dan patogen.  Rangkaian  tahapan-tahapan peristiwa ini disebut siklus penyakit.  Tahapan-tahapan peristiwa tersebut meliputi inokulasi, penetrasi, infeksi, invasi, reproduksi, penyebaran dan bertahannya patogen dalam keadaan tidak ada tumbuhan inang.
a.   Inokulasi
     Inokulasi adalah  saat terjadinya kontak antara patogen dengan tumbuhan.  Patogen yang mengadakan kontak dengan tumbuhan disebut inokulum (penular).  Pada jamur, inokulum tersebut dapat berupa spora/kondia, sklerotia (kumpulan hifa yang  rapat dan padat), dan fragmentasi miselia.  Pada bakteri, molikut, visrus dan viroid, inokolumnya selalu  berupa individu masing-masing.  Pada nematoda, inokolumnya dapat berupa telur nematoda, nematoda muda dan nematoda dewasa.  Pada tumbuhan tingkat tinggi parasit, inokulumnya dapat berupa biji ataupun bagian-bagian vegetatipnya.
Inokulum dapat hanya terdiri dari  atas satu spora/konidia atau satu sklrerotia bahkan ribuan individu patogen.  Satu unit dari setiap patogen disebut propagul.  Tipe inokulum ada dua macam yaitu inokulum primer dan inokulum sekunder.  Inokulum primer adalah inokulum yang hidup dorman pada tempat-tempat tertentu pada saat tumbuhan inang sedang tidak ada, misalnya hidup dorman pada sisa-sisa tumbuhan sakit dan tanah.  Pada saat kondisi mendukung, inokulum primer ini dapat mencapai dan menginfeksi tumbuhan di sekitarnya, dan infeksi ini disebut infeksi primer.  Inokulum yang dihasilkan dari infeksi primer disebut inokulum sekunder dan selanjutnya inokulum sekunder ini dapat menyebabkan infeksi sekunder pada tumbuhan di sekitarnya.  Sumber inokulum adalah tempat asal inokulum berada.  Sumber inokolum dapat berasal dari sisa-sisa tumbuhan sakit atau tanah tempat tumbuhan sakit tumbuh, biji-biji tumbuhan yang terifeksi, bahan tanaman (stek, akar, bibit) yang terifeksi, rumput-rumputan atau tumbuhan yang terinfeksi dan berada di sekitar atau tempat-tempat yang jauh dari suatu kebun atau ladang
b.  Penetrasi
Penetrasi yaitu masuknya patogen ke dalam tumbuhan.  Patogen mempenetrasi permukaan tumbuhan dapat secara langsung dapat pula melalui lubang-lubang alami (stomata, hidatoda, sel-sel lenti dan lubang pengeluar nektar) dan melalui luka (luka bekas gigitan serangga atau hewan lainnya, luka bekas penggunaan alat-alat pertanian seperti pisau, gunting pemangkas, atau bisa juga luka akibat pergesekan sesama tumbuhan akibat adanya angin kencang).
Penetrasi langsung oleh patogen terjadi karena adanya tekanan mekanis atau patogen mengeluarkan enzim-enzim yang dapat melunakkan/menghancurkan sel-sel tumbuhan atau merupakan gabungan dari tekanan mekanis dan enzim.  Penetrasi patogen ke dalam tumbuhan dapat melalui satu cara saja atau lebih dari satu cara.
Beberapa jamur mempenetrasi jaringan tumbuhan hanya dengan satu cara, yang lainnya dapat lebih dari satu cara.  Bakteri tidak pernah mempenetrasi permukaan tumbuhan secara langsung tetapi kebanyakan melalui luka dan kadang-kadang dapat pula melalui lubang-lubang alami.  Virus, viroid, molikut, bakteri rewel dan portozoa memasuki tumbuhan melalui luka yang dibuat oleh vektornya walaupun beberapa virus dan viroid juga apat masuk melalui luka-luka bekas pemakaian alat-alat pertanian dan luka-luka lainnya.  Nematoda masuk ke dalam tumbuhan melalui penetrasi langsung, dan kadang-kadang melalui lubang-lubang alami.  Tumbuhan tingkat tinggi parasit memasuki tumbuhan melalui penetrasi langsung.
Penetrasi Langsung. 
     Jamur mempenetrasi tumbuhan inangnya dengan membentuk hifa halus yang dihasilkan spora/konidia atau miselium, atau melalui jarum penetrasi yang dibentuk oleh apresorium yang berada pada ujung tabung kecambah yang tumbuh dari sopra/konidia.  Hifa halus ataupun jarum penetrasi menembus kutikula dan dinding sel dengan tekanan mekanis dan enzim pelunak bahan-bahan dari dinding sel.  Hifa halus dan jarum penetrasi akan segera mencapai ukuan hifa yang normal setelah berada di dalaml sel tumbuhan.  Tumbuhan tingkat tinggi parasit ketika melakukan penetrasi juga seperti jamur yaitu membentuk apresorium dan jarum penetrasi.  Nematoda mempenetrasi permukaan tumbuhan dengan menggunakan stiletnya yang ditusukkan secara manju-mundur pada permukaan tumbuhan untuk membuat lubang pemasukan seluruh badan nematoda (nematoda endopararasit) atau untuk memasukkan stilet ke dalam sel (nematoda ektoparasit).
Penetrasi Melalui Luka 
     Semua bakteri, kebanyakan jamur, beberapa virus dan seluruh viroid memasuki tumbuhan melalui berbagai macam tipe luka.  Virus, molikut, bakteri rewel dan protozoa memasuki tumbuhan melalui luka yang dibuat oleh vektornya.  Luka-luka tumbuhan dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti kerusakan oleh angin, hujan batu es, luka bekas dimakan hewan (seperti serangga, hewan besar), pemangkasan, pemindah-tanaman dan bekas patogen lain.
Penetrasi Melalui Lubang-lubang Alami 
     Banyak juga jamur dan bakteri masuk ke dalam tumbuhan melalui stomata, dan ada juga yang masuk melalu hidatoda, lubang pengeluar nektar dan sel-sel lenti.  Hidatoda adalah lubang-lubang yang selalu terbuka yang terdapat pada pinggiran dan ujung daun serta mengeluarkan tetesan cairan yang berisi berbagai macam nutrisi.  Lubang pengeluar nektar terdapat pada dasar bunga sebagai tempat keluarnya nektar (madu).  Sel-sel lenti adalah lubang tempat pemasukan udara yang terdapat pada buah, batang dan akar umbi.
c.  Infeksi
     Infeksi merupakan proses pada saat patogen mengadakan kontak dengan sel atau jaringan tumbuhan yang peka serta memperoleh makanan dari sel atau jaringan tersebut.  Selama infeksi,  patogen tersebut tumbuh dan  memperbanyak diri serta  merusak sel-sel tumbuhan sehingga proses fisiologis tumbuhan terganggu.
     Untuk berhasilnya suatu proses infeksi, patogen harus dalam keadaan patogenik, tumbuhan inang harus dalam keadaan peka sedangkan faktor lingkungan harus dalam keadaan mendukung pertumbuhan patogen.  Keberhasilan infeksi ditandai dengan timbulnya gejala seperti perubahan warna, perubahan bentuk, atau nekrotik pada tumbuhan inang.  Namun demikian beberapa infeksi tidak segera menghasilkan gejala tetapi akan terlihat pada waktu berikutnya pada saat kondisi lingkungan mendukung atau pada tingkat kematangan tumbuhan.  Gejala dapat segera nampak dua sampai empat hari setelah inokulasi seperti yang terjadi pada penyakit-penyakit virus dengan gejala setempat pada tumbuhan herba, atau lambat/lama yaitu dua sampai tiga tahun sejak inokulasi seperti yang terjadi pada penyakit-penyakit pohon yang disebabkan oleh virus, molikut dan penyakit lainnya.  Namun demikian pada kebanyakan penyakit tumbuhan, gejala akan nampak dari kisaran beberapa hari sampai beberapa minggu setelah inokulasi.  Interval waktu mulai dari terjadinya inokulasi sampai dengan timbulnya gejala disebut periode inkubasi.  Lamanya periode inkubasi berbagai penyakit tumbuhan tergantung pada kekhususan hubungan patogen-tumbuhan inang, tingkat perkembangan tumbuhan inang dan faktor lingkungan.
d.  Invasi
     Invasi terjadi setelah patogen berhasil mengadakan infeksi.  Pada tahap invasi ini patogen tumbuh dan berkembang secara intensif di dalam jaringan tumbuhan (dari sel yang satu ke sel yang lainnya).  Di dalam jaringan tumbuhan, patogen dapat tumbuh secara instraseluler (di dalam sel) atau secara interseluler (antar sel).  Tempat terjadinya invasi tergantung kepada macamnya patogen, ada yang terjadi pada bagian antara kutikula  dan epidemis (subkutikular) seperti jamur patogen penyebab kudis apel dan bunga mawar, ada yang terjadi hanya pada permukaan tumbuhan tetapi memasukkan haustorianya ke dalam sel-sel epidermis (jamur patogen penyebab penyakit embun tepung).  Kebanyakan jamur menyebar ke semua jaringan organ tumbuhan (daun, batang dan akar) dan tumbuh di dalam sel-sel tumbuhan (miselium intraselular) atau di antara sel tumbuhan (interseluler), dan ada pula jamur yang menginvasi pembuluh silem (penyakit layu pembuluh).
     Bakteri menginvasi jaringan secara interseluler tetapi bila dalam invasinya dinding sel menjadi terurai (rusak) karena hasil invasinya bakteri juga dapat tumbuh di dalam sel tersebut (intraselular).  Bakteri-bakteri penyebab penyakit layu pembuluh menginvasi pembuluh silem.  Walaupun beberapa nematoda menginvasi secara intraseluler, tetapi kebanyakan menginvasi tumbuhan secara interseluler.  Ada pula nematoda yang tidak menyerang sel atau jaringan tumbuhan tetapi hanya mengambil makanan melalui stiletnya yang menembus sel.  Virus, viroid, molikut, bakteri rewel dan protozoa menginvasi jaringan dengan cara berpindah dari sel ke sel secara intraseluler.  Virus dan viroid menyerang semua tipe sel tumbuhan hidup sedangkan molikut dan protozoa menyerang pembuluh tapis dari floem dan mungkin pula sel-sel parenkhima dari floem yang berdekatan.  Kebanyakan bakteri rewel menyerang pembuluh silem dan beberapa menyerang pembuluh tapis dari floem.
     Banyak infeksi yang disebabkan oleh jamur, bakteri, nematoda, virus dan tumbuhan tingkat tinggi parasit yang bersifat lokal, yaitu hanya melibatkan satu sel, sedikit sel atau sebagian kecil area pada permukaan tumbuhan.  Infeksi semacam ini ada yang tetap bersifat lokal, atau bisa juga meluas secara lambat, atau cepat sehingga melibatkan seluruh organ tumbuhan (daun, bunga dan buah), sebagian besar cabang, atau seluruh tumbuhan.  Semua infeksi yang disebabkan oleh bakteri rewel,  molikut, protozoa dan semua infeksi alami yang disebabkan oleh virus dan viroid adalah bersifat sistemik, yaitu patogen menyerang dari titik awal infeksi menyebar dan menyerang sebagian besar atau semua sel-sel dan jaringan yang peka dari seluruh bagian tumbuhan.  Jamur dan bakteri penyebab penyakit layu pembuluh menyerang pembuluh silem secara internal tetapi patogen tersebut biasanya terbatas pada beberapa pembuluh pada akar, batang atau bagian atas tumbuhan yang terinfeksi, dan hanya pada fase akhir perkembangan penyakit, patogen tersebut menyerang sebagian besar atau seluruh pembuluh silem tumbuhan.
e.  Pertumbuhan dan Reproduksi Patogen
     Pada tahap ini patogen secara terus menerus tumbuh dan berkembang serta memperbanyak diri dengan intensif di dalam tumbuhan dalam jangka waktu yang tidak terbatas.  Tingkat reproduksi patogen sangat berbeda, tergantung kepada macamnya patogen dan  keadaan lingkungan.  Sebagai contoh, jamur dapat memproduksi jutaan spora dalam satu sentimeter persegi pada jaringan yang terinfeksi jamur.  Jamur patogen dalam pertumbuhan dan reproduksinya terus menyebar pada jaringan jaringan sampai penyebaran infeksi terhenti atau sampai tumbuhan mati.  Jamur penyebab layu pembuluh sering menyerang tumbuhan dengan menghasilkan dan melepaskan sporanya di dalam pembuluh dan spora ini terbawa oleh aliran cairan tumbuhan, berkecambah serta menyerang pembuluh-pembuluh yang jauh dari miselium sehigga dapat menyerang pembuluh-pembuluh lainnya. 
     Bakteri, molikut, virus, viroid, protozoa dan nematoda menyerang jaringan-jaringan baru dan berkembang biak dengan cepat sehingga jumlah individunya bertambah sangat banyak di dalam jaringan yang teinfeksi.  Keturunan patogen-patogen ini secara pasif terbawa ke sel-sel lainnya melalui plasmodesmata (virus dan viroid), floem (virus, viroid, molikut, bakteri rewel dan protozoa), atau silem (bakteri).  Sebagian besar jamur patogenik menghasilkan miseliumhanya di bagian dalam tumbuhan yang terinfeksi, dan beberapa jamur menghasilkan miselium pada permukaan tumbuhan (penyakit embun tepung).  Selain itu sebagian besar jamur menghasilkan spora pada permukaan atau di bawah permukaan bagian tumbuhan yang terinfeksi, dan spora ini dilepaskan ke lingkungan sekitarnya.  Virus, viroid, molikut, protozoa dan bakteri rewel hanya berkembang biak di dalam sel tumbuhan inang.
     Bakteri berkembang biak dan tumbuh secara cepat di dalam jaringan yang terinfeksi. Dalam satu tetes sap dari tumbuhan yang terinfeksi bakteri terdapat jutaan bakteri.  Bakteri rewel dan molikut berkembang biak lebih lambat dari bakteri biasa, dan walaupun mereka tersebar luas pada sistim pembuluh tumbuhan tetapi mereka hanya berada di dalam beberapa jaringan pembuluh silem dan floem sehingga jumlah mereka di dalam tumbuhan terinfeksi relatif kecil.  Virus dan viroid dapat mencapai jumlah jutaan partikel di dalam satu sel tumbuhan yang terinfeksi.   
f.  Penyebaran Patogen
     Walaupun hanya dalam jumlah sedikit dan sangat terbatas, beberapa macam patogen tumbuhan seperti zoospora jamur, bakteri dan nematoda dapat menyebar dengan bergerak sendiri secara aktif dalam jarak yang pendek sehingga mereka dapat bergerak dari tumbuhan inang yang satu ke tumbuhan inang yang berdekatan.  Demikian pula ada beberapa jamur yang miselianya dapat tumbuh dan menjalar di dalam tanah sehingga dapat mencapai  akar tumbuhan inang di dekatnya (Rigidoporus microporus penyebab penyakit akar putih pada tanaman karet).  Namun demikian hampir semua patogen tumbuhan menyebar secara pasif melalui suatu perantara yaitu udara, air, serangga, hewan-hewan lain dan manusia.
Penyebaran Patogen Melalui Udara
     Kebanyakan spora jamur disebarkan oleh arus udara yang membawanya dalam berbagai macam jarak, baik secara verikal maupun horizontal, tergantung kepada turbulensi dan kecepatan aliran udara.  Spora-spora yang terbawa oleh udara dapat tersangkut pada tumbuhan yang dalam keadaan basah atau spora-spora di udara tersebut tercuci oleh tetesan air hujan dan jatuh pada permukaan tumbuhan.  Bila spora-spora tersangkut pada tumbuhan yang cocok dan peka serta faktor lingkungan mendukung maka jamur dapat menginfeksi tumbuhan.  Kebanyakan spora jamur yang terbawa udara dengan jarak yang sangat jauh akan kering dan mati, sehingga untuk keberhasilan penyebaran jamur lewat udara ini hanyalah untuk jarak yang relatip dekat, yaitu antara ratusan sampai ribuan meter.  Namun bagi jamur-jamur tertentu seperti jamur karat pada tanaman padi-padian dapat bertahan hidup walaupun dalam jarak ratusan kilometer dengan ketinggian beberapa ribu meter di atas permukaan tanah.
     Penyebaran patogen-patogen lain lewat udara agak jarang terjadi, walaupun ada hanya pada kondisi tertentu atau secara tidak langsung.  Eksudat bakteri yang berbentuk benang yang keluar dari tumubuhan terinfeksi dan mengering, bila patah dapat disebarkan melalui angin.  Bakteri dan nematoda yang berada di dalam tanah juga dapat tertiup oleh angin bersama sisa-sisa tanaman di tanah atau bersama partikel-partikel tanah.  Percikan air hujan yang tertiup angin kencang juga dapat menyebarkan spora jamur, bakteri dan nematoda.  Serangga yang berisi atau terlumuri virus, bakteri, molikut, protozoa atau spora jamur dapat terbawa oleh angin mencapai tumbuhan yang sehat, bahkan angin kencang dapat menyebabkan tumbuhan saling bersinggungan sehingga lebih memudahkan penyebaran patogen dari tumbuhan yang sakit ke tumbuhan yang sehat.

Penyebaran Patogen Melalui Air
     Walaupun air memiliki peranan yang kurang penting dibandingkan dengn udara dalam menyebarkan patogen dalam jarak yang jauh, tetapi penyebaran patogen melalui air lebih efisien karena patogen dapat mencapai permukaan tumbuhan yang sudah basah oleh aliran air, sehingga patogen lebih mudah dan cepat berkecambah.  Patogen dapat terbawa oleh aliran air hujan pada permukaan tanah, sungai dan air irigasi (irigasi permukaan maupun irigasi curah).
Penyebaran Patogen Melalui Serangga, Hewan dan Manusia 
     Serangga terutama kutu-kutu tanaman dan wereng merupakan vektor penting dalam menyebarkan virus sedangkan wereng merupakan vektor utama dalam menyebarkan molikut, bakteri rewel dan protozoa.  Kedua vektor ini menyebarkan patogen secara internal yaitu setelah menghisap cairan tumbuhan sakit, kedua vektor pindah dan menghisap cairan tumbuhan sehat, dan pada saat itulah patogen yang telah berada di dalam vektor tersebut dikeluarkan ke dalam tumbuhan sehat.  Selain itu ada pula serangga yang dapat menyebarkan patogen secara eksternal yaitu serangga-serangga tersebut ketika makan pada tumbuhan sakit, tubuh, kaki dan alat mulutnya terlumuri oleh spora atau bakteri pada tumbuhan yang sakit, sehingga ketika serangga tersebut pindah untuk makan pada tumbuhan sehat, patogen-patogen tersebut ikut terbawa pada permukaan tumbuhan sehat.
Hewan besar maupun kecil yang berjalan di antara tumbuhan (sakit dan sehat) dan tubuhnya mengenai tumbuhan tersebut juga dapat menyebarkan patogen pada tumbuhan sehat yang dilaluinya.  Patogen-patogen tersebut mungkin melekat pada tubuh, kaki atau mulut hewan tersebut.  Manusia dapat menyebarkan semua macam patogen baik dalam jarak dekat maupun dalam jarak jauh.  Di dalam kebun manusia dapat menyebarkan patogen dari tanaman sakit ke tanaman sehat dengan cara bergantian menangani/memegang tanaman sakit dan sehat (virus mosaik tembakau), melalui pemakaian alat-alat pertanian (traktor, gunting pangkas, parang/arit) pada tanaman sakit dan sehat, atau sepatu yang dipakai pada tanah yang terkontaminasi patogen atau impor bibit, benih, stek yang telah terinfeksi patogen.   

g.  Bertahannya Patogen Dalam Keadaan Yang Tidak Mendukung
     Dalam keadaan yang tidak mendukung, seperti pada saat tumbuhan inang sedang tidak ada, faktor-faktor lingkungan yang tidak/kurang mendukung pertumbuhan patogen, patogen masih dapat bertahan untuk hidup selanjutnya.  Jamur dapat bertahan dalam bentuk spora istirahat, klamidospora,  sklerotia atau dalam bentuk lain di dalam tanah dan sisa-sisa tanaman.  Dalam beberapa hal,  cara bertahan bakteri hampir sama  dengan jamur, antara lain bertahan hidup pada sisa-sisa tanaman, biji dan umbi-umbian yang terinfeksi, bahkan beberapa bakteri dapat bertahan hidup di dalam tanah.  Beberapa virus dapat bertahan di dalam serangga vektor atau dalam biji tumbuhan maupun sisa-sisa tanaman terinfeksi.  Ada pula beberapa virus dan viroid yang dapat bertahan hidup pada alat-alat yang terkontaminasi oleh keduanya atau pada sisa-sisa tanaman sakit.  Nematoda dapat bertahan hidup sebagai telur atau larva yang memiliki dormansi yang lama.  Tumbuhan  tingkat tinggi parasit dapat bertahan hidup dalam bentuk biji.      

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Users' Comments (0)