TEKNIK PENGENDALIAN GULMA TEKI (Cyperus rotundus) PADA
EKOSISTEM PERTANIAN YANG RAMAH LINGKUNGAN
(Makalah Mata Kuliah Ekologi
Pertanian)
Oleh
Very Wibowo
1114121196
JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
BANDAR LAMPUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia
merupakan negara kepulauan yang sebagian besar masyarakatnya adalah petani. Petani diindonesia sebagian besar merupakan petani
padi. Karena keadaan gegrafis Indonesia sangat cocok dikembangkan tanaman ini.
Menurut BPS tahun 2013, hasil produksi tanaman padi pada tahun tersebut
mencapai 71.279.709 ton dari total seluruh wilayah Indonesia. Hasil ini
merupakan hasil yang sangat melimpah dan perlu adanya pengembangan untuk
meningkatkan hasil produksinya. Namun saat ini bukan hanya OPT yang menjadi
kendala dalam produksi padi, tetapi keberadaan gulma juga menjadi kendala yang
sulit untuk diatasi. Gulma yang sering hadir dalam ekosistem pertanian ialah
gulma teki seperti Cyperus rotundus .
Gulma
merupakan tumbuhan yang kehadiranya tidak diingin dalam proses budidaya
pertanian, karena dianggap dapat mengganggu keberlangsungan tanaman budidaya
dan menurunkan hasil produksi tanaman budidaya. Gulma merugikan karena gulma
menjadi pesaing bagi tanaman budidaya dalam memperoleh unsur hara, memperol
ruang tumbuh dan pencahayaan dalam pertumbuhan tanaman. Kepadatan gulma dalam
pertanaman cabai dapat mempengaruhi produksinya. Pada tingkat kedapatan 6 gulma
/ pot dapat menghambat perakaran dan tinggi tanaman cabai. Sementara kepadatan
gulma 10 tumbuhan/ pot dapat menurunkan jumlah buah, panjang buah dan bobot
basah buah (Junifa, 2011) Oleh karena
itu gulma yang hadir dalam ekosistem pertanian dikendalikan untuk menhindari
kerugian oleh petani.
Dalam
proses pengendalian gulma di lingkungan agroekosistem, sering kali terdapat
kesulitan dalam menentukan cara pengendalian, hal ini dikarenakan gulma
memiliki daya tumbuh yang cukup kuat dan dapat hidup ditempat yang ekstrim
sekalipun. Selain itu pula dalam proses budidaya sering terjadi pencemaran
lingkungan karena kurang fahamnya petani dalam menggunakan herbisida secara
bijaksana. Oleh karena itu perlu adanya aternatif pengendalian yang efektif dan
ramah lingkungan sehingga proses budidaya tetap berlangsung tanpa merusak
lingkungan sekitanya.
Adanya
pembahasan ini selain dapat memberikan informasi diharapkan mampu membuka
pemahaman kita terkait pengendalian gulma Cyperus
rotundus secara alami dan pengendalian secara kimia yang aman untuk
lingkungan.
B.
Tujuan
Untuk
mengetahui beberapa alternatif pengendalian gulma teki (Cyperus Rotundus) yang efektif dan ramah lingkungan.
BAB II
PEMBAHASAN
Proses pertanian merupakan
proses yang sangat kompleks dan membutuhkan pengembangan cara budidaya yang efektiv
dan berkelanjutan. Selain itu dalam proses budidaya pengendalian OPT termasuk
gulma perlu diperhatikan agar proses pengendalian tidak membahayakan lingkungan
pertanian. Keberadaan gulma dilingkungan pertanian dianggap menjadi salah satu
factor turunnya produksi tanaman yang dibudidayakan. Oleh kerena itu perlu
adanya alternait pengendalian gulma yang efektif dan ramah lingkungan.
Berikut beberapa
alternative pengendalian gulma Cyperus rotundus yang ramah lingkungan yang
dapat diterpakan:
A.
Pemanfaatan jamur karat (Pucinnia sp)
Puciniia sp. Merupakan jenis jamur yang termasuk kedalam filum
basidiomicota, kelas urediomicetes dan termasuk dalam family Pucciniaceae (kurt
j. Leonard and les j. Szabo, 2005). Jamur ini merupakan jamur potensial yang
dapat dijadikan sebagai pengendali hayati bagi gulma Cyperus rotundus yang
bersifat menginfeksi gulma tersebut.
Berdasarkan penelitian (M.
Taufik Fauzi dan Murdan, 2008) gulma cyperus rotundus paling rentan
terhadap serangan jamur pucinnia ialah ketika berumur 3 minggu setelah tumbuh
dan gulma yang terinfeksi jamur tersebut memiliki daya yang kompetisi yang
rendah pada pertnaman padi .
Berikut merupakan table
hasil penelitian (M. Taufik Fauzi dan Murdan, 2008)
Dari hasil analisis data
diatas menunjukan bahwa gulma teki yang diinfeksi pada 3 minggu setelah
inokulasi menujukan gulma paling rentan terikfeksi jamur sementara itu pada
tingkat kompetisi, aplikasi jamur lebih efektif ketika gulma teki bersaing
dengan tanaman padi.
B. Potensi Ekstrak dari Daun Ketapang sebagai
Bioherbisida
Ketapang (Terminalia catappa) termasuk
salah satu tanaman yang dapat tumbuh di tanah yang kurang nutrisi dan tersebar
hampir diseluruh wilayah Indonesia sehingga mudah untuk dibudidayakan. Selama
ini masyarakat hanya mengenal tanaman ketapang sebagai tanaman peneduh kota dan
belum banyak dimanfaatkan sehingga nilai ekonomisnya masih rendah. Ketapang
diketahui mengandung senyawa obat seperti flavonoid , alkaloid, tannin,
triterpenoid/steroid, resin, saponin (Denada
Visitia Riskitavani dan Kristanti Indah Purwani, 2013).
Selain itu, kehadiran flavonoid, terpenoid, steroid, kuinon, tannin dan saponin
pada ekstrak daun ketapang (Terminalia catappa) dapat diindikasikan
untuk menjadi herbisida nabati (bioherbisida). hasil penelitian ini menunjukan
bahwa ekstrak daun ketapang (Terminalia
catappa) dapat digunakan sebagai salah satu alternative untuk menghambat
gulma rumput teki (Cyperus rotundus),
dan konsentrasi ekstrak daun ketapang (Terminalia
catappa) yang dapat digunakan sebagai salah satu alternatif untuk
menghambat gulma rumput teki (Cyperus
rotundus) adalah konsentrasi 50% ektrak daun ketapang.
C.
Penggunaan Verietas Tanaman yang Memiliki Kompetisi
Tinggi
Cara ini merupakan cara yang masih perlu
pengembangan lebih dalam lagi. Namun cara ini cukup efektif karena pada
dasarnya gulma adalah competitor bagi tanaman budidaya. Jika tanaman budidaya
memiliki daya kompetisi yang lebih baik dibandingkan dengan gulma yang tumbuh
secara otomatis gulma akan kalah dan secara sendiri nya gulma akan mati karena
kalah dalam perbutan unsure hara, cahaya, ruang tumbuh dan lain-lain. Hal ini
ditunjukan pada penelitian yang dilakukan oleh (Gayuh Prasetyo Budi dan Oetami Dwi Hajoeningtijas, 2008).
Penelitian tersebut menunjukan bahwa Varietas
Ijen dan Sinabung mempunyai respon pertumbuhan yang lebih baik dibandingkan
dengan varietas Grobogan pada perlakuan gulma alang-alang dan teki kerapatan 50
gulma/m². Varietas Sinabung memberikan respon hasil paling tinggi untuk jumlah
polong isi
per tanaman : 285.5 bh polong dan bobot biji per tanaman : 46.67g (5.6
ton per ha). Varietas Sinabung mempunyai kemampuan kompetisi paling tinggi
dibandingkan dengan varietas Grobogan dan Ijen, hal ini terlihat dari nilai
kompetisi yang tertinggi, varietas Sinabung yang berkompetisi dengan teki
(V3G2) menghasilkan nilai kompetisi sebesar 15.01 dan varietas Sinabung yang
berkompetisi dengan alang-alang (V3G1) menghasilkan nilai kompetisi sebesar
7.99. Tindakan pengendalian gulma perlu dilakukan karena dapat meningkatkan
hasil kedelai secara nyata.
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan dari pembahasan
diatas ialah: pengunaan biocontral dalam mengendalikan gulma pada ekosistem
pertanian sangat bermanfaat dan menjadi pilihan bijak dalam pengendalian gulma
rumput teki (Cyperus rotundus). Cara yang dapat ditempuh antara lain
1.
Pemanfaatan jamun punnicia sp sebagai biocontrol yang dapat mengifsi gulma Cyperus
rotundus
2.
Pemanfaatan ekstrak daun ketapang (Terminalia
catappa) sebagai bioherbisida yang
dapat menghambat pertumbuhan gulma atau bersifat racun bagi gulma Cyperus
rotundus
3.
Penggunaan varietas yang memiliki daya
kompetisi yang tinggi dapat dijadikan alternative untuk menekan pertumbuhan
gulma pada lingkungan ekosistem pertanian
DAFTAR PUSTAKA
Budi, G,P dan
Hajoeningtijas, O,D. 2008. Kemampuan Kompetisi Beberapa Varietas Kedelai
(Glycine max) Terhadap Gulma Alang- Alang (Imperata cylindrica) dan Teki
(Cyperus rotundus). Universitas Muhammadiyah Purwokerto. Purwokerto
Fauzi, M,T dan Murdan.
2008. Peranan Jamur Karat (Puccinia sp) Dalam Menurunkan Daya Kompetisi Gulma
Teki (Cyperus Rotundus) Pada Tanaman Padi Gogorancah. Universitas Mataram.
Lombok
Junifa. 2011. Pengaruh Kepadatan Gulma Cyperus rotundus Linn. Terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah. Universitas Jember. Jember
Leonard, K and Szabo, J. 2005. Stem rust of small grains and
grasses caused by Puccinia graminis. University of Minnesota. USA
Riskitavani, D,V dan
Purwani, K,I. 2013. Studi Potensi Bioherbisida Ekstrak Daun Ketapang
(Terminalia catappa) terhadap Gulma Rumput Teki (Cyperus rotundus). Institut Sepuluh November.
Surabaya
0 komentar:
Posting Komentar