BAB V BUKU AJAR IPTU

V. MEKANISME SERANGAN PATOGEN PADA TUMBUHAN                                                                        

     Patogen membutuhkan berbagai macam zat yang berada di dalam sel-sel tumbuhan untuk kehidupan dan reproduksinya.  Zat-zat yang berada di dalam sel tumbuhan dibungkus oleh membran dan dinding sel.  Tumbuhan yang utuh dan sehat sebenarnya merupakan himpunan dari sel-sel yang dibangun oleh tumbuhan sehingga  merupakan suatu benteng yang kokoh.  Permukaan tumbuhan yang berhubungan langsung dengan lingkungan terdiri atas selulosa seperti yang terdapat pada sel–sel epidermis akar dan ruang-ruang antar sel pada sel-sel parenkhima daun, atau terdiri atas kutikula yang menutupi dinding-dinding sel epidermis seperti halnya bagian-bagian tumbuhan yang berada pada permukaan tanah.   Bahkan sering terdapat pula lapisan-lapisan tambahan terdiri atas lilin yang  menutupi kutila, khususnya pada bagian-bagian yang masih muda dari tumbuhan.
     Patogen menyerang tumbuhan karena selama perkembangan evolusinya, patogen memperoleh kemampuan untuk hidup dari zat-zat yang dibuat oleh tumbuhan inang; dan beberapa patogen tergantung kepada zat-zat tersebut untuk kehidupannya.  Kebanyakan dari zat-zat  yang dibuat oleh tumbuhan berada di dalam protoplast dari sel-sel tumbuhan.   Bila patogen ingin mendapatkan jalan  masuk ke dalam sel-sel tumbuhan, pertama-tama patogen harus  melakukan penetrasi melalui penghalang/benteng paling luar dari tumbuhan yaitu kutila dan/atau dinding-dinding sel.  Walaupun dinding-dinding sel paling luar tersebut sudah dipenetrasi, penyerangan selanjutnya masih diperlukan untuk mempenetrasi dinding-dinding sel yang lebih banyak lagi.
     Isi sel-sel tumbuhan tidak selalu dalam bentuk yang dapat segera digunakan oleh patogen, masih perlu dirubah  terlebih dahulu menjadi unit-unit yang mudah diabsorbsi dan diassimilasi.  Selain itu, tumbuhan mengadakan reaksi terhadap keberadaan dan aktifitas patogen dengan jalan membentuk struktur pertahanan baik secara mekanik/fisik maupun zat-zat kimia yang mengganggu keberadaan dan perkembangan patogen.  Bila patogen ingin terus hidup dan berkembang pada tumbuhan tersebut, maka patogen harus mampu mengatasi kendala-kendala demikian.
     Patogen dalam mengatasi kendala-kendala tersebut harus mampu membuat jalan masuk ke dalam tumbuhan, mampu mendapatkan bahan makanan dan mampu menetralkan  reaksi-reaksi petahanan tumbuhan.    Untuk keberhasilan penyerangan patogen pada tumbuhan, kebanyakan patogen menghasilkan/memproduksi zat-zat kimia berupa toksin atau enzim yang mampu merusak komponen-komponen sel atau mampu mengganggu metabolisme tumbuhan inang.  Selain itu penetrasi pada permukaan tumbuhan juga dibantu dengan kekuatan mekanis, bahkan dalam beberapa hal ada penetrasi patogen yang sepenuhnya dengan kekuatan mekanis.
5.1   Kekuatan Mekanis
     Patogen tumbuhan umumnya tidak dapat dengan sengaja menghasilkan kekuatan mekanis untuk menembus permukaan tubuh tumbuhan.  Hanya beberapa jamur, nematoda dan tumbuhan tingkat tinggi parasit yang menggunakan kekuatan mekanis untuk menembus permukaan tanaman.   Jumlah tekanan mekanis sangat tergantung kepada pelunakan permukaan tumbuhan oleh enzim-enzim yang disekresikan oleh patogen.  Tekanan mekanis ini dapat mencapai tujuh atmosfir.  Jamur dan tumbuhan tingkat tinggi parasit dalam mempenetrasi permukaan tumbuhan, pertama-tama haruslah menempel dan melekat erat pada permukaan tumbuhan dengan zat-zat perekat yang ada pada patogen sehingga terjadi adhesi secara intermolekular antara permukaan tumbuhan dan permukaan patogen.
     Jamur  setelah menempel dan melekat pada pemukaan tumbuhan, pada ujung hifa jamur akan dibentuk apresoria berbentuk bola.  Kemudian dari apresoria ini muncul jarum penetrasi (penetration peg) yang akan menembus kutikula dan dinding-dinding sel.  Setelah berada di dalam sel, jarum penetrasi ini berkembang menjadi hifa normal kembali dan mulai mengeluarkan enzim-enzim yang merusak komponen-komponen sel ataupun mengganggu metabolisme di dalam sel tumbuhan.  Nematoda, baik nematoda endoparasit maupun nematoda ektoparasit, untuk mempenetrasi permukaan tumbuhan, nematoda tersebut menusukkan stiletnya secara maju mundur sambil menggerakkan badannya.
5.2.   Kekuatan Kimiawi
     Aktifitas patogen di dalam tumbuhan sebagian besar bersifat kemis, sehingga pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan patogen di dalam tumbuhan hampir semuanya merupakan reaksi-reaksi biokimia yang berlangsung antara zat-zat yang dihasilkan oleh patogen dengan zat-zat yang memang telah tersedia  atau zat-zat yang baru dibuat kemudian oleh tumbuhan sebagai tanggapan terhadap serangan patogen.  Kelompok utama senyawa-senyawa kimia yang dihasilkan oleh patogen di dalam tumbuhan baik secara langsung maupun tidak langsung menyebabkan tumbuhan sakit dapat berupa enzim, toksin, zat pengatur tumbuh dan polisakarida.  Keempat macam zat tersebut sangat berbeda perannya dalam hal patogenisitas dari masing-masing patogen.
     Pada beberapa penyakit seperti penyakit busuk lunak, peran enzim lebih penting dari zat-zat lainnya, sedangkan pada penyakit bengkak mahkota (crown gall), zat pengatur tumbuh adalah yang utama dalam menyebabkan penyakit.  Demikian pula penyakit bercak pada tanaman padi-padian yang disebabkan oleh Helminthosporium (Bipolaris), toksin lebih berperan dalam menyebabkan terjadinya penyakit.  Enzim, toksin dan zat pengatur tumbuh umumnya lebih penting daripada polisakarida dalam perkembangan penyakit.  Semua patogen kecuali virus dan viroid dapat menghasilkan enzim, zat pengatur tumbuh dan polisakarida.  Jamur dan bakteri juga dapat menghasilkan toksin, sedangkan virus dan viroid tumbuhan mengimbas sel-sel tumbuhan untuk menghasilkan zat-zat tertentu yang memang telah ada di dalam tumbuhan sehat secara berlebihan atau memproduksi zat-zat yang sama sekali baru bagi tumbuhan sehat tersebut sehingga menyebabkan terjadinya ketidak seimbangan zat-zat di dalam tumbuhan sehat yang akhirnya menyebabkan tumbuhan menjadi sakit.   


Enzim dalam penyakit tumbuhan
     Secara umum enzim memiliki molekul yang besar yang mengkatalis reaksi-reaksi organik di dalam sel-sel hidup.  Enzim patogen menghancurkan struktur komponen-komponen sel tumbuhan inang, merubah bahan-bahan makanan di dalam sel, langsung merusak protoplasma dan membran sel sehingga mengganggu sistem fungsional sel tumbuhan.  Enzim patogen melakukan perusakan secara enzimatis pada zat-zat dari dinding sel tumbuhan dan perusakan secara enzimatis pada zat-zat yang ada di dalam sel tumbuhan.
1.  Perusakan secara enzimatis pada zat-zat dari dinding sel tumbuhan.
Dinding sel tumbuhan terutama terdiri atas kutin, selulosa, pektat dan lignin.
Kutin.  
     Kutin merupakan komponen-komponen utama lapisan kutikula.  Kutin adalah suatu poliester yang tidak larut di dalam air, dan kebanyakan adalah derivat hidroksi asam-asam lemak.  Senyawa-senyawa kimia pada kutin dirubah ke dalam bentuk yang lebih sederhana oleh enzim kutinase yang dihasilkan oleh patogen.  Kutinase adalah suatu esterase yang memutus hubungan ester antara molekul-molekul kutin serta melepaskan derivat-derivat asam lemak.
Selulosa
     Selulosa merupakan koponen utama pada kerangka dinding sel.  Selulosa adalah polisakarida yang tersusun dari rantai molekul glukosa.  Untuk menghancurkan selulosa dari dinding sel tumbuhan, patogen mensekresikan enzim selulase yang dapat menghidrolisis selulosa  menjadi molekul-molekul glukosa sehingga menyebabkan sel menjadi rusak dan lunak. Glukosa yang terlarut  sebagai hasil penguraian selulosa merupakan sumber nutrisi bagi patogen.
Pektat
     Pektat merupakan komponen utama lamella tengah antar sel .  Lamella tengah berfungsi sebagai semen yang merekat dinding-dinding sel yang berdekatan.  Senyawa-senyawa kimia pada bahan pekat terutama adalah Ca-pektat.  Rantai pektat dipecah oleh enzim pektinase  yang dihasilkan oleh patogen, sehingga lamella tengah larut, mengakibatkan sel-sel tumbuhan inang terlepas satu dengan lainnya.  Keadaan ini mengakibatkan kematian sel dan jaringan tumbuhan.
Lignin
     Lignin terdapat pada lamella tengah, pada dinding sel pembuluh xylem, pada serat-serat penguat tumbuhan dan pada sel-sel epidermis.  Lignin dirubah ke dalam bentuk yang lebih sederhana oleh enzim ligninase yang di hasilkan oleh patogen.  

2. Perusakan secara enzimatis pada senyawa-senyawa kimia yang terdapat di dalam sel  tumbuhan.
      Kebanyakan patogen, sebagian atau seluruh hidupnya berasosiasi dengan protoplast tumbuhan dan mendapatkan bahan makanan dari protoplast tersebut.  Beberapa macam bahan makanan seperti asam-asam  amino dan gula dapat secara langsung  diabsorbsi oleh patogen, mungkin karena molekul-molekulnya cukup kecil.  Namun kebanyakan jamur dan bakteri memperoleh makanannya dengan jalan mematikan protoplast terlebih dahulu.  Bahan-bahan makanan seperti protein, pati dan lemak di dalam sel tumbuhan baru dapat digunakan oleh patogen  setelah bahan-bahan tersebut dirubah ke dalam  bentuk yang  lebih  sederhana dengan enzim-enzim yang dikeluarkan oleh patogen.
Protein
     Sel-sel tumbuhan berisi protein yang berbeda-beda dalam jumlah yang banyak dengan peranan yang bemacam-macam baik sebagai katalis reaksi-reaksi selular atau sebagai bahan-bahan struktural dari membran.  Molekul-molekul protein tersebut dirubah ke dalam bentuk yang lebih sederhana oleh enzim-enzim proteinase yang dihasilkan oleh patogen.


Pati
     Kebanyakan patogen menggunakan pati untuk aktifitas metaboliknya.  Untuk itu pati dirubah ke dalam bentuk yang lebih sederhana oleh enzim amilase yang dihasilkan oleh patogen.  Dalam hal  ini pati dirubah menjadi glukosa (gula) yang langsung bisa diabsorbsi oleh patogen.
Lipid
     Karakteristik dari semua lipid adalah berisi asam-asam lemak.  Lemak merupakan salah satu bahan dasar penting pada membran plasma tumbuhan yang befungsi mengatur keluar masuknya zat-zat makanan.  Lipid dirubah ke dalam bentuk yang lebih sederhana oleh enzim lipase yang dihasilkan oleh patogen.
     Toksin langsung merusak komponen protoplasma dan mengganggu permeabilitas membran plasma serta fungsi membran tersebut.  Sel-sel tumbuhan hidup merupakan suatu sistem yang kompleks, banyak reaksi-reaksi biokimia yang saling bergantung satu sama lainnya berlangsung secara bersamaan atau berlangsung secara berurutan dan tetap sehingga bila ada sedikit saja gangguan terhadap reaksi-reaksi metabolik ini akan menyebabkan kekacauan dari proses-proses fisiologi tumbuhan.  Di antara faktor-faktor yang dapat menyebabkan gangguan terhadap reaksi-reaksi metabolik tersebut adalah toksin yang dihasilkan  oleh mikroorganisme patogenik.
Toksin adalah zat yang sangat beracun dan efektif walaupun hanya dalam konsentrasi yang sangat kecil.  Toksin secara langsung bekerja pada protoplasma tumbuhan inang sehingga merusak atau mematikan sel tumbuhan.  Ada toksin yang dapat meracuni banyak spesies tumbuhan dari famili yang berbeda (non-spesifik-toksin) dan ada pula yang hanya terbatas pada beberapa spesies atau varitas (spesifik toksin).  Jamur dan bakteri dapat menghasilkan toksin baik di dalam tumbuhan yang terinfeksi maupun pada media biakan.
Toksin dapat mengganggu  sel-sel tumbuhan inang dengan cara sebagai berikut.
a.       merusak permeabilitas membran sel;
b.      menyebabkan kerja enzim tidak aktif sehingga mengacaukan reaksi-reaksi enzimatis di  dalam tumbuhan.
c.       bertindak sebagai antimetabolik sehingga menyebabkan defisiensi dari faktor-faktor pertumbuhan tanaman.
Contoh-contoh toksin antara lain adalah sebagai berikut.
1.   Toksin non–spesifik
a.       Tabtoksin; dihasilkan oleh bakteri Pseudomonas syringae p.v tabaci penyebab penyakit pada tembakau maupun pada leguminosa, jagung dan kopi.
b.      Tentoksin; dihasilkan oleh jamur Alternaria tenuis yang menyebabkan klorosis pada banyak species tanaman yang sedang disemaikan.
c.       Pyricularin; dihasilkan oleh jamur Pyricularia oryzae penyebab penyakit blast pada berbagai varietas padi.
2   Toksin Spesifik.  
a. T-Toksin; dihasilkan oleh jamur Helminthosporium maydis ras T; yang menyebabkan penyakit hawar daun pada tanaman jagung.
b.  AM-Toksin; dihasilkan oleh jamur Alternaria alternata pada tanaman apel.
     Zat pengatur tumbuh menimbulkan pengaruh-pengaruh hormonal pada sel dan memperbesar atau mengurangi kemampuan sel tumbuhan untuk membelah diri dan berkembang.  Pertumbuhan tanaman diatur oleh sejumlah kecil senyawa-senyawayang terjadi secara alami dan bertindak sebagai hormone yang umumnya disebut zat pengatur tumbuh (zpt).  ZPT bekerja dengan konsentrasi yang sangat kecil, dan bila terjadi penyimpangan konsentrasi walaupun sangat kecil akan dapat menyebabkan pola perkembangan yang sangat berbeda pada tumbuhan.  ZPT yang paling penting pada tumbuhan adalah auksin, giberelin, sitokinindan etilen.  Zat-zat ini memiliki peranan penting dan menentukan dalam kehidupan tumbuhan.    
Auksin.  Auksin terjadi secara alami di dalam tumbuhan sebagai asam indol-3 asetat (AIA/Indole-3 Acetic Acid/IAA) dan diproduksi secara terus-menerus pada jaringan tumbuhan hidup dalam jumlah yang sesuai dengan kebutuhan tumbuhan.  Kegunaan auksin bagi tumbuhan antara lain untuk perpanjangan dan diferensiasi sel, mempengaruhi permeabilitas membran, peningkatan respirasi dan merangsang sintesa mRNA, protein enzim dan protein struktural.
Giberelin.  Giberelin adalah unsur pokok tumbuhan hijau.  Giberelin yang terkenal adalah asam giberelik.  Giberelin mendorong pertumbuhan, mempercepat pemanjangan tumbuhan yang kerdil, mendorong pembungaan, pemanjangan batang dan akar serta pertumbuhan buah.
Sitokinin.  Sitokinin adalah faktor pertumbuhan yang penting bagi pertumbuhan dan diferensiasi sel.  Sitokinin menghalangi perombakan protein dan asam nukleat sehingga menghalangi proses penuaan.  Selain itu sitokinin mampu mengarahkan aliran asam amino dan bahan makanan pada seluruh bagian tumbuhan.  Konsentrasi sitokinin di dalam tumbuhan adalah rendah.
Etilen.  Etilen diproduksi secara alami di dalam tumbuhan.  Etilen memiliki pengaruh dalam pematangan buah dan pengguguran daun.
Patogen tumbuhan menghasilkan zat pengatur tumbuh (ZPT) yang sejenis dan lebih banyak dari yang dihasilkan tumbuhan, demikian juga patogen menghasilkan zat penghambat tumbuh yang sejenis dan lebih banyak dari yang dihasilkan tumbuhan.  Patogen tumbuhan dapat juga menghasilkan ZPT dan zat penghambat tumbuh yang baru dan berbeda dengan yang dihasilkan oleh tumbuhan bahkan patogen dapat menghasilkan zat-zat yang dapat mencegah produksi ZPT dan zat penghambat tumbuh yang dihasilkan tumbuhan.
Akibat adanya dua sumber ZPT dan zat penghambat tumbuh di dalam tumbuhan yang terinfeksi patogen akan menimbulkan ketidak seimbangan dalam sistem hormonal tumbuhan sehingga menghasilkan abnormalitas pertumbuhan tanaman.  Patogen dapat menyebabkan tumbuhan menjadi sakit melalui sekresi ZPT pada tumbuhan terinfeksi dengan gejala antara lain berupa kerdil, katai, roset, percabangan akar yang berlebihan, malformasi batang dan daun serta gugur daun sebelum waktunya

Molekul-molekul polisakarida menghambat secara pasif translokasi air di dalam pembuluh-pembuluh tumbuhan.  Molekul-molekul besar Polisakarida yang  dihasilkan oleh patogen pada sistem pembuluh tumbuhan dapat menyumbat pembuluh-pembuluh tersebut sehingga  meyebabkan kelayuan pada  tumbuhan.
5.3  Akibat Gangguan Patogen pada Fungsi Fisiologis Tumbuhan

     Ketika patogen menginfeksi tumbuhan dalam rangka mendapatkan makanan untuk kehidupannya, maka tergantung kepada macam patogen dan macam organ dan jaringan tumbuhan yang diinfeksinya, patogen akan mengganggu satu atau beberapa atau semua fungsi fisiologis tumbuhan sehingga akan menimbulkan berbagai macam gejala penyakit pada tumbuhan sesuai dengan fungsi fisiologis yang mana yang diganggunya.     
Gangguan pada Fotosintesis
     Fotosintesis  merupakan fungsi dasar tumbuhan berhijau daun yang memungkinkan tumbuhan  merubah energi cahaya menjadi energi kimia, sehingga energi tersebut dapat digunakan untuk berbagai aktifitas sel tumbuhan.  Dengan kata lain fotosintesis merupakan sumber utama semua energi yang digunakan di dalam tumbuhan.  Pada fotosintesis karbon dioksida dari atmosfir, dan air dari dalam tanah dibawa bersama ke dalam kloroplast yang terdapat pada bagian-bagian hijau tumbuhan, kemudian dengan bantuan cahaya terjadilah reaksi sehingga terbentuk glukosa disertai  pelepasan  oksigen seperti berikut.
                                            cahaya 
                6C02 + 6H2O                        C6 H12 O6 + 6 O2 
                                            klorofil

     Mengingat pentingnya kedudukan fotosintesis dalam kehidupan tumbuhan, maka setiap gangguan patogen terhadap fotosintesis dapat mengakibatkan  tumbuhan sakit.  Gangguan  patogen pada fotosintesis dapat mengakibatkan terjadinya klorosis, nekrosis, pertumbuhan terhambat dan mengurangi jumlah buah.
     Pada penyakit daun, misalnya bercak daun, hawar daun, dan berbagai penyakit yang menyebabkan kerusakan jaringan atau rontoknya daun, fotosintesis menurun karena berkurangnya luas permukaan tumbuhan untuk berfotosintesis.  Rusaknya kloroplast oleh patogen, juga menyebabkan menurunnya fotosintesis terutama bila penyakitnya sudah berkembang lebih lanjut dan parah.  Pada beberapa penyakit yang disebabkan oleh bakteri dan jamur, fotosintesis juga menurun karena keberadaan toksin seperti tentoksin dan tabtoksin yang dihasilkan oleh mikroorganisme tersebut.  Toksin akan menghambat kerja beberapa enzim tumbuhan yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam proses fotosintesis.  Pada penyakit-penyakit yang disebabkan oleh virus, molikut dan nematoda juga mengurangi proses fotosintesis karena mereka menimbulkan klorosis pada tumbuhan.   Tumbuhan yang telah mengalami penyakit pada tingkat lanjut, laju  fotosintesisnya tidak lebih dari seperempat laju fotosintesis pada tumbuhan normal.
Gangguan pada Translokasi Air dan Bahan Makanan Di Dalam Tumbuhan
     Seluruh sel-sel tumbuhan hidup membutuhkan air dalam jumlah banyak serta bahan-bahan organik dan anorganik dalam jumlah cukup supaya dapat hidup dan melaksanakan fungsi-fungsi fisiologis.  Air dan bahan anargonik (mineral) diabsorbsi oleh tumbuhan dari dalam tanah melalui sistem perakaran.  Bahan-bahan tersebut umumnya ditranslokasikan ke bagian-bagian atas melalui pembuluh-pembuluh silem batang dan ke ikatan-ikatan pembuluh pada petiola dan tulang-tulang daun, untuk selanjutnya masuk ke dalam sel-sel daun.  Bahan-bahan mineral dan air digunakan oleh sel-sel daun atau sel-sel lainnya untuk sintesa berbagai macam zat, sedang kelebihan air diuapkan ke dalam ruang-ruang antar sel dan selanjutnya didifusikan ke atmosfir melalui stomata.   Bahan-bahan organik tumbuhan dibuat di dalam sel-sel daun sebagai hasil fotosintesis, dan ditranslokasikan ke bagian-bagian bawah tumbuhan dan didistribusikan ke seluruh sel tumbuhan melalui jaringan pembuluh floem.
     Bila suatu patogen menggangu pergerakan bahan-bahan anorganik dan air ke bagian atas tumbuhan atau pergerakan bahan-bahan  organik ke bagian-bagian bawah tumbuhan, maka bagian-bagian yang tidak mendapatkan bahan-bahan tersebut akan berada pada kondisi sakit.  Bagian-bagian yang sakit ini tidak bisa melaksanakan fungsinya masing-masing, sehingga bagian yang sakit ini tidak dapat mendukung bagian-bagian lainnya yang masih sehat, demikian seterusnya, akhirnya tumbuhan secara keseluruhan akan berada dalam kondisi sakit.  Sebagai contoh, bila pergerakan air yang menuju ke daun-daun terganggu, maka daun tidak dapat befungsi sebagaimana mestinya, sehingga fotosintesis menurun atau behenti, dan akibatnya tidak ada atau sedikit bahan makanan yang dapat ditranslokasikan ke bagian-bagian akar, dan  akar pun tidak dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, demikian seterusnya sehingga akar menjadi kelaparan, sakit dan mati. Bila patogen merusak sistem perakaran maka akar tidak dapat /hanya sedikit  mengabsorbsi air dari dalam tanah.  Patogen yang tumbuh dan berkembang di dalam pembuluh silem juga menghambat translokasi air melalui batang.  Selain itu ada pula beberapa patogen yang menyebabkan transpirasi berlebihan melalui daun dan stomata.
     Patogen-patogen tertentu seperti bakteri bengkak mahkota (crown gall/ Agrobacterium tumefaciens), jamur akar gada (Plasmodiophora brassicae) dan nematoda puru akar (Meloidogyne sp.) menyebabkan terbentuknya bengkakan pada batang atau akar atau pada  keduanya.  Pembesaran dan pembelahan sel-sel di seputar pembuluh silem akan mendesak  dan menekan   pembuluh silem sehingga menyempitkan  pembuluh silem yang berakibat tidak efisiennya translokasi air di dalam tumbuhan.
     Disfungsi yang sangat tipikal pada silem dalam translokasi air terdapat pada penyakit-penyakit layu pembuluh yang disebabkan oleh jamur Ceratocystis, Ophiostoma, Fusarium, Verticillium dan bakteri Pseudomonas, Ralstonia dan Erwinia.  Patogen-patogen ini menyerang silem  akar dan batang sehingga memblok aliran air ke bagian atas tumbuhan.  Pada kebanyakan tumbuhan yang diinfeksi oleh patogen-patogen ini, laju aliran air dapat berkurang sekitar dua sampai empat persen dibandingkan dengan tumbuhan yang sehat..  Keadaan  demikian inilah yang menyebabkan tumbuhan benar-benar berada pada kondisi sakit bahkan akan berakibat kematian bagi tumbuhan.
Gangguan pada Transpirasi Tumbuhan
     Daun-daun yang diinfeksi oleh patogen, biasanya akan menyebabkan transpirasi tumbuhan  meningkat karena rusaknya lapisan pelindung pada daun seperti kutikula sehingga akan meningkatkan  permeabilitas sel-sel daun serta tidak berfungsinya  stomata.  Dalam keadaan demikian tumbuhan akan kehilangan air dalam jumlah yang banyak, lalu diikuti pula dengan kehilangan turgor dan akhirnya terjadi kelayuan. Penyakit-penyakit seperti penyakit karat yang memiliki banyak pustul akan memecahkan epidermis daun, dan embun tepung serta bercak sangat merusak kutikula dan epidermis sehingga meneyebabkan kehilangan air dalam jumlah yang banyak dan tidak terkendali.  Tenaga hisap dari daun-daun yang bertranspirasi secara berlebihan akan meningkat secara abnormal sehingga menyebabkan tumbuhan lemah atau tidak berfungsinya alat-alat pada pembuluh untuk menghasilkan tilosis dan blendok (gum).
Gangguan pada Respirasi Tumbuhan
     Respirasi adalah proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat dan asam lemak yang dikendalikan secara enzimatis di dalam sel tumbuhan untuk membebaskan energi yang terkandung di dalamnya sehingga energi tersebut dapat digunakan untuk berbagai aktifitas sel.  Proses respirasi tumbuhan terdiri atas dua langkah.  Langkah pertama adalah perombakan glukosa menjadi pirufat oleh enzim-enzim yang terdapat di dalam sitoplasma, baik dengan bantuan atau tanpa bantuan oksigen.  Reaksi ini disebut glikolisis.  Langkah ke dua adalah perombakan pirufat menjadi karbondioksida dan air, yang merupakan rangkaian dari reaksi-reaksi yang disebut siklus Kreb yang diakhiri dengan terminal oksidasi.  Dalam keadaan normal yaitu adanya oksigen, kedua langkah tersebut dapat melangsungkan reaksi-reaksinya sehingga dari satu molekul gula didapatkan hasil berupa enam molekul karbondioksida dan enam molekul air.  Reaksi tersebut secara sederhana dinyatakan sebagai berikut.
                          C6H12O6  +  6O2                         6CO2  +  6H2O

     Sebagian energi tersebut dirubah menjadi ikatan-ikatan berenergi tinggi berupa adenosin trifosfat (ATP) yang dapat digunakan kembali.  Energi yang tersimpan dalam ikatan-ikatan ATP dibentuk dari penambahan kelompok fosfat (PO4) pada adenosin difosfat (ADP).  Penambahan fosfat pada ADP untuk menjadi ATP disebut fosforilasi oksidatif.  Setiap aktifitas sel membutuhkan energi yang tersimpan di dalam ATP dengan cara merombak ATP menjadi ADP dan fosfat anorganik.  Energi yang dihasilkan dari proses respirasi digunakan oleh tumbuhan untuk semua jenis aktifitas sel seperti akumulasi dan mobilisasi senyawa-senyawa, sintesa protein, aktivasi enzim, pertumbuhan dan pembelahan sel, reaksi-reaksi pertahanan tumbuhan terhadap patogen, dan proses-proses lainnya.  Demikian luasnya fungsi respirasi, sehingga apapun bagian tumbuhan yang diinfeksi patogen akan langsung mengganggu respirasi tumbuhan.
     Bila tumbuhan diinfeksi oleh patogen, laju respirasi  umumnya meningkat, ini berarti bahwa jaringan yang terserang patogen akan menghabiskan cadangan karbohidrat lebih cepat dari jaringan sehat.  Peningkatan laju respirasi terjadi setelah infeksi, dan terus meningkat selama perbanyakan dan sporulasi patogen,  kemudian menurun sampai level normal kembali bahkan sampai level lebih rendah dari respirasi tumbuhan sehat.  Peningkatan respirasi pada tumbuhan sakit disebabkan oleh terjadinya peningkatan kegiatan metabolisme di dalam tumbuhan seperti peningkatan aliran protoplasmik, peningkatan sintesa bahan-bahan serta translokasi dan akumulasi bahan-bahan tersebut pada area yang terinfeksi.  Semua energi yang dibtuhkan untuk kegiatan ini berasal dari ATP yang dihasilkan melalui respirasi.  
Gangguan pada  Permeabilitas Membran Sel
     Membran sel berfungsi sebagai penghalang permeabilitas dan hanya  memasukkan zat-zat yang dibutuhkan oleh sel serta mencegah keluarnya zat-zat yang dibutuhkan tersebut.  Gangguan terhadap membran sel oleh toksin, enzim serta bahan-bahan kimia lainnya yang dihasilkan oleh patogen akan menyebabkan rusaknya membran sel sehingga terjadi kebocoran yang mengakibatkan hilangnya  zat-zat yang dibutuhkan oleh sel atau masuknya zat-zat yang tidak dikehendaki oleh sel.
Gangguan pada Translokasi Nutrisi Organik Melalui Floem
     Produksi nutrisi organik di dalam sel sebagai hasil proses fotosintesis dialirkan melalui plasmodesmata ke dalam elemen-elemen floem yang berdekatan, kemudian diteruskan ke pembuluh tapis dalam floem dan akhirnya dialirkan melalui plasmodesmata ke dalam protoplasma sel-sel yang tidak befotosintesis untuk dimanfaatkan atau dialirkan ke dalam organ-organ penyimpanan.  Patogen dapat menghambat aliran nutrisi organik dari sel-sel daun ke floem dengan cara mengganggu elemen-elemen floem atau mengganggu aliran bahan nutrisi dari floem ke sel-sel yang membutuhkan nutrisi tersebut.
     Jamur parasit obligat seperti jamur karat dan tepung akan menyebabkan akumulasi hasil-hasil fotosintesis dan nutrisi anorganik di area yang diinvasi oleh patogen.  Sintesa pati juga meningkat di area yang terinfeksi.  Pada penyakit-penyakit kanker pada tumbuhan berkayu, patogen menyerang dan tinggal lama di kulit kayu dan merusak elemen floem di area tersebut sehingga mengganggu translokasi nutrisi ke tempat-tempat lain.  Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh fitoplasma dan bakteri hanya terbatas pada floem, bakterinya sendiri berada dan berkembang biak di dalam pembuluh tapis floem sehingga menyebabkan terganggunya translokasi nutrisi di dalam tumbuhan sakit.
Gangguan Patogen pada Pertumbuhan Tanaman
     Patogen yang merusak bagian-bagian tumbuhan yang melakukan proses fotosintesis atau yang merusak perakaran atau yang memblok aliran bahan-bahan organik dan anorganik pada pembuluh floem dan silem secara nyata akan mengganggu pertumbuhan tanaman sehingga terjadi abnormalitas pertumbuhan berupa pertumbuhan yang lambat, pengurangan ukuran tumbuhan, abnormalitas pertumbuhan organ dan jaringan, penurunan hasil, bahkan kematian tumbuhan.   
Pengaruh yang sangat nyata dari gangguan patogen pada pertumbuhan tanaman adalah yang disebabkan oleh virus dan viroid.  Banyak jenis-jenis virus yang menyebabkan tumbuhan menjadi kerdil, katai, daun-daunnya menjadi keriting atau menggulung serta terjadinya perubahan bentuk (malformasi) pada buah.  Beberapa virus dapat menyebabkan pembengkakan (gall) pada akar, batang dan daun.
Gangguan Patogen pada Proses Reproduksi Tumbuhan
     Patogen yang menyerang berbagai macam organ dan jaringan tumbuhan akan merusak bahkan dapat mematikan organ dan jaringan tersebut sehingga secara tidak langsung tumbuhan menjadi lemah, ukurannya lebih kecil dari tumbuhan sehat, berbunga dan berbuah sedikit, bahkan biji-biji yang berasal dari tumbuhan yang terinfeksi tidak memiliki kekuatan dan daya hidup sehingga bila biji-biji tersebut ditanam tidak akan tumbuh semua, dan yang berhasil tumbuhpun akan menjadi lemah.  Gangguan secara langsung terhadap reproduksi tumbuhan terjadi bila patogen menyerang bunga, buah dan biji atau embryo di dalam biji.  Serangan patogen pada bunga dan buah ada yang  dapat menyebabkan terjadinya gugur bunga dan gugur buah sebelum waktunya (prematur).  Ada pula serangan patogen pada  buah, biji dan embryo yang menyebabkan buah atau biji tersebut tidak membentuk isi yang normal, malah terisi penuh oleh tubuh buah patogen seperti yang terjadi pada penyakit gosong (smut) pada biji jagung yang disebabkan oleh jamur Ustilago maydis.   
     Pada beberapa penyakit tumbuhan yang disebabkan oleh virus, fitoplasma dan penyakit bakteri terbatas pada floem (phloem-limited bacteria) akan mengakibatkan tumbuhan tersebut tidak dapat membentuk bunga; andaikata terbentuk bunga juga akan menghasilkan bunga-bunga yang steril sehingga tumbuhan tidak mampu menghasilkan buah.
Gangguan Patogen pada Transkripsi dan Translasi
     Transkripsi DNA selular ke dalam mRNA dan translasi  mRNA untuk menghasilkan protein-protein merupakan dua proses yang sangat mendasar dan umum dalam biologi sel yang normal.  Bagian-bagian genom yang terlibat dan tingkatan serta waktu transkripsi dan translasi berbeda-beda, sesuai dengan tingkatan perkembangan dan kebutuhan setiap sel.  Gangguan patogen terhadap transkripsi dan translasi akan menyebabkan perubahan-perubahan ekspresi gen yang berakibat terjadinya kesalahan transkripsi dan translasi.
     Beberapa patogen, terutama virus dan jamur parasit obligat seperti jamur karat dan embun tepung mempengaruhi proses transkripsi pada sel-sel yang terinfeksi.  Ada pula patogen yang mempengaruhi proses transkripsi dengan cara merubah komposisi, struktur, atau fungsi kromatin yang berasosiasi dengan DNA sel.  Jaringan tumbuhan yang terinfeksi sering meningkatkan aktifitas beberapa jenis enzim yang berhubungan dengan penyediaan energi (respirasi).  Walaupun sejumlah enzim telah ada di dalam sel pada saat infeksi terjadi, namun beberapa enzim harus dibuat pada saat terjadi infeksi sehingga dibutuhkan peningkatan aktifitas transkripsi dan translasi.

5.4.  Latihan Pertanyaan
1.  Jelaskan mengapa pada dasarnya patogen itu sulit menyerang tumbuhan !
2   Jelaskan cara kerja kekuatan mekanis patogen saat mempenetrasi tumbuhan !
3.  Sebutkan nama-nama kelompok utama senyawa kimia yang digunakan patogen saat menyerang     tanaman !

4.  Kutikula tumbuhan dihancurkan dengan enzim apa oleh patogen ?

5.  Apa yang saudara ketahui tentang toksin patogen ?

6.  Sebutkan akibat gangguan patogen pada proses fotosintesis !


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar