bab II Buku Ajar IPTU




II.  KONSEP PENYAKIT TUMBUHAN

2.1  Tumbuhan Sakit dan Definisi Penyakit Tumbuhan
     Suatu tumbuhan dikatakan sehat atau normal jika tumbuhan tersebut dapat tumbuh dan melaksanakan seluruh fungsi-fungsi fisologisnya dengan baik dan normal, sesuai dengan potensi genetiknya.  Fungsi-fungsi fisiologis tersebut antara lain meliputi:
a.       Pembelahan sel;
b.      Diferensiasi sel serta perkembangannya;
c.       Absorbsi air dan unsur hara dari dalam tanah dan translokasi bahan-bahan tersebut ke seluruh bagian tumbuhan;
d.      Fotosintesis dan translokasi hasil-hasil fotosintesis ke bagian-bagian tumbuhan yang membutuhkan atau disimpan pada bagian-bagian penyimpanan;
e.       Metabolisme senyawa-senyawa hasil sintesa;
f.       Reproduksi.
     Kalau kemampuan sel-sel tumbuhan untuk melakukan fungsi-fungsi fisiologisnya diganggu oleh patogen atau faktor lingkungan tertentu, maka salah satu atau beberapa dari fungsi fisiologisnya tidak dapat terlaksana sebagaimana mestinya sehingga terjadi penyimpangan dari keadaan normal yaitu terjadi penyimpangan proses fisiologi tumbuhan.  Dalam keadaan  demikian tumbuhan tersebut dikatakan sakit   Penyebab utama penyakit tanaman adalah organisme hidup yang bersifat patogenik.  Selain itu, faktor-faktor lingkungan fisik yang ekstrim dapat pula bertindak sebagai penyebab penyakit  tumbuhan.
     Mekanisme terjadinya penyakit pada tanaman sangat berbeda, tergantung dari penyebab penyakitnya dan kadang-kadang tergantung pula pada tumbuhan inangnya. Reaksi pertama tanaman terhadap penyebab penyakit terjadi pada tempat penyerangan patogen dan reaksi itu bersifat kemis dan tidak terlihat.  Setelah itu reaksinya segera meluas  dan terjadi perubahan-perubahan histologis di dalam tanaman sehingga hasil reaksi  tersebut dapat  terlihat secara makroskopis (dapat dilihat dengan mata telanjang tanpa alat bantu).  Sel-sel dan jaringan tanaman yang diserang patogen akan menyebabkan  sel-sel dan jaringan tersebut  mengalami kerusakan atau lemah, sehingga tanaman tidak dapat melaksanakan seluruh fungsi-fungsi fisiologisnya secara normal dan pertumbuhan tanaman terganggu.
     Macamnya sel dan jaringan yang diserang patogen akan menentukan pula macam fungsi fisiologis  yang terganggu.  Infeksi pada akar akan menyebabkan busuk akar  sehingga mengganggu absorbsi air dan unsur hara dari dalam tanah.  Infeksi pada pembuluh xylem, akan menggangu translokasi air dan unsur hara ke bagian-bagian atas tanaman (misalnya pada penyakit layu pembuluh dan kanker).  Infeksi pada daun berupa bercak, hawar, mosaik, karat dan sebagainya akan mengganggu proses fotosintesis.  Infeksi pada pembuluh floem  akan mengganggu translokasi hasil-hasil fotosintesis ke bagian-bagian tanaman yang memerlukan.  Infeksi pada bunga dan buah akan mengganggu reproduksi.
     Ada juga kelompok patogen yang menyerang sel-sel tanaman dengan cara merangsang sel-sel tanaman untuk membelah diri lebih cepat dari keadaan normal (hyperplasia) atau sel-selnya mengalami pembesaran yang luar biasa (hypertrophy).  Pembelahan sel yang lebih cepat atau pembesaran sel yang  luar biasa ini akan menyebabkan lebih banyak bahan makanan yang dialirkan ke tempat terjadinya pembesaran atau percepatan pembelahan sel sehingga sel-sel atau jaringan lain yang masih normal mengalami kekurangan bahan.  Percepatan pembelahan sel maupun pembesaran sel yang luar biasa juga akan  mengakibatkan rusaknya jaringan sel yang berada di sebelahnya sehingga fungsi fisiologis tanaman terganggu.
      Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, penyakit tanaman dapat didefinisikan sebagai berikut: “penyakit tanaman merupakan kegagalan sel atau jaringan tanaman inang untuk melaksanakan fungsi-fungsi fisiologisnya akibat gangguan terus menerus oleh penyebab penyakit dan menimbulkan gejala”
     Dengan demikian penyakit tanaman adalah merupakan suatu kondisi yang meliputi perubahan bentuk yang abnormal, perubahan fisiologis,  perubahan keutuhan atau perilaku tanaman.  Perubahan-perubahan seperti ini dapat mengakibatkan kerusakan sebagian atau bahkan kematian tanaman atau bagian-bagian  dari tanaman.  Sebagai hasil akhir akibat penyakit tanaman adalah berkurangnya produksi (produksi rendah),  rendahnya mutu produksi  bahkan tanaman sama sekali tidak dapat memberikan hasil.
     Mikroorganisme patogenik yang umumnya dikenal sebagai patogen menyebabkan penyakit pada tanaman dengan cara:
1.  Mengabsorbsi bahan makanan dari sel-sel tanaman inang secara terus-menerus
     untuk digunakan sendiri oleh patogen.
2.  Mematikan atau mengganggu metabolisma tumbuhan inang melalui toksin,
      enzim  atau zat-zat pengatur tumbuh yang dihasilkan oleh patogen.
3.  Menghambat pengaliran bahan makanan,  unsur-unsur mineral dan air di     dalam jaringan pembuluh  tanaman dengan cara patogen tumbuh  dan memperbanyak diri di dalam pembuluh xylem dan/atau phloem.
     Faktor-faktor lingkungan yang ekstrim seperti suhu, kelembaban, unsur hara, kemasaman tanah, sifat-sifat fisik tanah dan polusi dapat juga menyebabkan penyakit pada tanaman.
2.2  Klasifikasi Penyakit Tumbuhan
     Ribuan macam penyakit telah ditemukan pada berbagai macam tanaman yang dibudidayakan.  Menurut  Lucas et al. (1985) dewasa ini telah diketahui paling tidak 50.000 macam  penyakit pada tanaman yang memiliki nilai  ekonomi dan  hampir setiap tahun ditemukan pula penyakit-penyakit baru.   . 
     Rata-rata setiap macam tanaman dapat menderita sekitar seratus macam penyakit.  Setiap macam patogen dapat menyerang satu atau lebih varietas dan bahkan dapat menyerang ratusan species tanaman.  Untuk lebih memudahkan dalam mempelajari penyakit  tanaman, maka macam-macam penyakit itu perlu dikelompokkan/diklasifikasikan dalam beberapa cara yang tertib dan teratur.  Pengklasifikasian  ini penting pula  bagi kita dalam mengidentifikasi penyakit sehingga akan lebih memudahkan dalam pengendalian penyakit yang bersangkutan.  Beberapa kriteria dapat digunakan dalam pengklasifikasian penyakit tanaman.
Klasifikasi penyakit  tanaman dapat didasarkan kepada kriteria berikut:
  1. Gejala yang ditimbulkan akibat penyakit; misalnya busuk akar, layu, bercak, hawar, kudis,  karat, gosong, kuning, mosaik dan kanker. 
  2. Organ tanaman yang diserang patogen; misalnya penyakit akar, penyakit  batang,  penyakit daun dan penyakit buah. 
  3. Jenis tanaman yang diserang;  misalnya penyakit tanaman perkebunan, penyakit  tanaman pangan, penyakit tanaman sayuran, penyakit tanaman   buah-buhan,  penyakit tanaman hutan dan penyakit tanaman bunga- bungaan.
  4. Macam penyebab penyakit; yaitu mikroorganisme patogenik dan/atau  faktor-faktor lingkungan yang ekstrim.
     Klasifikasi yang sangat bermanfaat adalah  klasifikasi yang didasarkan pada macamnya penyebab penyakit (klasifikasi No.4).  Keuntungan dengan klasifikasi berdasarkan macamnya penyebab penyakit  adalah langsung kepada penyebabnya sehingga dapat diketahui sifat-sifatnya, pertumbuhan dan perkembangannya serta penyebarannya dan juga cara-cara pengendaliannya.
Berdasarkan klasifikasi macamnya penyebab penyakit, penyakit tanaman dapat dikelompokkan ke dalam:
a. Penyakit menular (biotik); yaitu penyakit yang disebabkan oleh jamur,
    bakteri, mikoplasma,  virus, viroid, nematoda, protozoa dan tumbuhan tingkat     
 tinggi parasit
b. Penyakit tidak menular (abiotik); yaitu penyakit yang disebabkan oleh keadaan lingkungan yang ekstrim (suhu, kelembaban tanah, cahaya, oksigen, unsur hara, keasaman tanah, pestisida, cara bercocok tanam dan polusi udara)

2.3  Simptomatologi

       Simtomatologi adalah ilmu yang mempelajari tentang gejala (symptom)  penyakit.  Pada umumnya tumbuhan yang sakit akan menunjukkan gajala yang khas dan dengan mudah gejala tersebut dapat dilihat dengan mata tanpa alat bantu.  Yang dimaksud dengan gejala penyakit yaitu kelainan atau penyimpangan dari keadaan normal yang ditunjukkan oleh tanaman sebagai akibat dari adanya gangguan penyebab penyakit.  Bagi seseorang yang sudah berpengalaman, dengan hanya melihat gejala sudah dapat dengan cepat menentukan penyebab penyakitnya, apakah disebabkan oleh mikroorganisme patogenik, virus ataukah oleh penyebab penyakit abiotik sehingga akan lebih memudahkan dalam mengambil langkah-langkah yang tepat untuk melakukan usaha-usaha pengendalian penyakit.
       Kadang-kadang terdapat gejala yang sama pada dua tumbuhan yang berbeda bahkan  terjadi gejala yang saling menutupi pada tumbuhan inang yang sama sehingga akan sulit menentukan penyebab penyakitnya. Dengan demikian, seringkali tidak cukup hanya memperhatikan gejala saja dalam mendiagnosis penyakit secara cepat dan tepat. Untuk itu perlu juga memperhatikan tanda penyakit.   Yang dimaksud dengan tanda penyakit  adalah semua struktur patogen yang terdapat pada permukaan tanaman yang dapat dilihat secara makroskopis, misalnya tubuh buah jamur seperti miselia, kumpulan konidiofor, kumpulan konidia/spora dan lendir bakteri.
Gejala Penyakit
Gejala penyakit dapat bermacam-macam dan sering memberikan suatu petunjuk yang khas untuk suatu penyakit tertentu.  Itulah sebabnya mengapa banyak nama umum penyakit diberi nama sesuai dengan gejala yang ditunjukkannya; misalnya penyakit karat, penyakit kudis, penyakit layu, penyakit gosong, penyakit mosaik, penyakit kanker dan lain sebagainya.
Berdasarkan sifatnya, gejala penyakit dibagi dalam dua golongan sebagai berikut:
1.      Gejala lokal, yaitu  gejala penyakit hanya terbatas pada bagian-bagian tertentu      dari tanaman, misalnya hanya terdapat pada daun, bunga, buah, ranting,      cabang, batang dan akar.
2.      Gejala sistemik, yaitu gejala penyakit yang terdapat di seluruh bagian tanaman; misalnya gejala layu atau  gejala yang disebabkan oleh visrus-virus tertentu (kerdil).  Hal ini terjadi karena virusnya tersebar di seluruh bagian tanaman.
Berdasarkan bentuknya, gejala penyakit dapat digolongkan menjadi tiga bentuk sebagai berikut:
1.  Gejala nekrosa, yaitu gejala sebagai  akibat kematian sel-sel/jaringan tanaman.
      Gejala nekrosa, didahului dengan kerusakan protoplasma, lalu diikuti dengan kematian sel-sel/jaringan tersebut sehingga dapat menimbulkan bercak, noda atau bintik-bintik pada bagian-bagian yang mati tersebut.  Gejala yang terlihat sebelum terjadinya kerusakan protoplasma disebut plesionekrosa (hampir mati).  Gejala plesionekrosa dapat berupa kekuning-kuningan (klorosis) karena rusaknya kloroplas, layu karena hilangnya turgor pada tanaman dan hidrosa yaitu pada bagian yang sakit nampak kebasah-basahan  sebagai akibat kerusakan dan menjelang kematian sel tanaman.  Gejala yang terjadi pada saat dan sesudah kematian protoplasma disebut holonekrosa, dan umumnya berwarna coklat.  Gejala holonekrosa dapat terjadi pada setiap bagian tanaman yang terserang, misalnya pada bagian-bagian penyimpanan(seperti pembusukan pada buah, biji dan umbi), jaringan tanaman yang hijau (bercak pada daun, batang dan buah) dan bagian-bagian kayu (kanker dan mati ujung/mati pucuk).


2.   Gejala heperplasia, yaitu tejadinya pertumbuhan yang luar biasa dari tanaman.
Biasanya bagian tanaman yang diserang berukuran lebih besar dari keadaan normal, atau warna yang sangat berlainan dari biasanya, atau pembentukan bagian-bagian tanaman dengan tidak menyerupai bentuk aslinya atau tidak sesuai dengan umurnya.. 
3. Gejala hopoplasia, yaitu gejala pengurangan dari ukuran yang normal karena terjadi penghambatan pertumbuhan dan pekembangan tanaman sehingga tanaman menjadi kerdil atau terjadi penghambatan pembentukan warna sehingga tanaman tidak membentuk klorofil.
Contoh-contoh gejala nekrosa
a.       Bercak daun, yaitu lesio setempat pada daun-daun terdiri dari sel-sel yang rusak dan mati, sehinga warnanya berbeda dengan sekitarnya, umunya bewarna coklat atau hitam yang lama kelamaan dapat berubah menjadi abu-abu keputihan. Bentuk bercak bermacam-macam, dapat berupa bintik, bulat, lonjong, garis, bilur (stripe) dan bentuk lainnya.  Pada penyakit-penyakit tetentu, pada bercak daun terdapat lingkaran-lingkaran sepusat (konsentris) yang berselang-seling dengan warna terang dan gelap.  Bercak demikian disebut bercak papan sasaran (target board spot).
b.      Hawar, yaitu terjadi nekrosis dan mengalami perubahan ke warna coklat dan kering yang sangat cepat/berlebihan pada daun-daun, tunas, dahan, ranting, bunga dan organ-organ lain, sehingga menyebabkan kematian pada bagian-bagian tersebut.
c.       Kanker, yaitu luka setempat atau lesio nekrotik pada kulit batang, cabang, dahan atau akar yang menyebabkan kematian pada kulit tersebut, mengering dan cekung serta dikelilingi  oleh jaringan kalus.  Kanker umumnya terjadi pada tumbuhan berkayu.
d.      Mati ujung /pucuk (dieback), yaitu nekrosis yang tejadi secara intensif pada ranting-ranting dan cabang-cabang yang dimulai pada ujung-ujungnya dan berkembang menuju ke pangkal-pangkalnya.
e.       Busuk  akar, yaitu tejadinya disintregasi atau busuknya bagian-bagian atau seluruh sistem perakaran.
f.       Rebah kecambah (damping-off), yaitu kehancuran dan kematian yang sangat cepat pada kecambah yang sangat muda pada persemaian atau di lapangan akibat serangan berbagai macam jamur, terutama jamur tular tanah (soil borne) seperti Pythium, Sclerotium, Rhizoctonia dan Phytophthora pada kelembaban tanah yang sangat tinggi sehingga pangkal kecambah menjadi busuk dan rebah.  Bila kecambah belum muncul ke permukaan tanah mengalami kebusukan, disebut penyakit kecambah pratumbuh, sedangkan bila kecambah mengalami kebusukan setelah muncul di permukaan tanah disebut penyakit kecambah pasca tumbuh.
g.      Busuk pangkal batang,  yaitu terjadinya disintregasi/busuk pada bagian bawah (pangkal) batang.
h.      Busuk lunak dan busuk kering, yaitu terjadinya disintregasi/busuk pada buah, akar, umbi-umbian, akar umbi dan daun-daun yang lunak (daging buah)
Contoh-contoh gejala hiperplasia
a.      Akar ganda.  Terjadinya pembesaran pada bagian-bagian tertentu dari akar akibat serangan patogen, sehinga nampak sepeti gelendong atau gada.  Hal ini terjadi sebagai reaksi tanaman dengan jalan melakukan pembelahan dan pembesaran sel secara cepat sehingga terbentuk bintil-bintil yang  lama kelamaan bintil-bintil ini menyatu  dan terjadi pembengkakan yang mirip dengan gada (penyakit akar gada pada kubis yang disebabkan jamur Plasmodiophora brassicae wor).
b.      Kelenjar (galls), merupakan pembengkakan pada tempat-tempat tertentu seperti bisul atau bintil akibat ketidak-teraturan sekumpulan sel yang membelah dengan cepat karena adanya serangan dari patogen.  Bisul/bintik ada yang besar dan ada pula yang kecil (kelenjar  mahkota/crown gall  pada tanaman bunga matahari yang terserang Agrobacterium tumefacciens).
c.       Sapu setan (whitche’s broom).  Gejala ini terjadi karena timbulnya banyak tunas tidur   pada ketiak daun sehingga terdapat banyak ranting dan rapat serta diikuti pula dengan kurang berkembangnya ruas pada batang, cabang, ranting dan daun-daun (tanaman kacang tanah dan kacang panjang).
d.      Kutil (warts).  Terbentuk  kutil yang menonjol (jendul) pada akar-akar umbi dan batang.
Contoh-contoh gejala hipoplasia.
a.       Kerdil.  Bagian-bagian tanaman tidak bisa membesar seperti dalam keadaan normal atau ukurannya lebih kecil dari keadaan normal, karena pertumbuhannya terhambat.
b.      Katai (kate).  Ukuran seluruh tanaman mengecil, tanpa terjadinya perubahan proporsi dari bagian-bagian tumbuhan, sebagai akibat terhambatnya pertumbuhan.
c.       Klorosis. Tidak terbentuk klorofil atau kurang berkembannya klorofil, sehingga tumbuhan/daun  berwarna kuning atau mosaik yang terdiri atas warna campuran hijau, hijau muda atau kuning.   Bila terjadi klorosis pada daging daun  (jaringan diantara tulang-tulang daun) sedangkan jaringan di sekitar tulang-tulang daun (vein) nampak seperti jalur-jalur (bands) berwarna hijau tua disebut “vein banding” (umumnya penyakit karena virus).  Bila klorosis terjadi pada sepanjang tulang daun sedangkan daging daun tampak berwarna hijau tua, disebut vein clearing  (umumnya penyakit karena virus).
Tanda Penyakit
     Pada kebanyakan penyakit, patogen tumbuh dan menghasilkan  berbagai macam struktur pada pemukaan tanaman inang yang dapat terlihat dengan mata tanpa alat bantu.  Struktur tersebut meliputi kumpulan miselia, sklerotia, kumpulan tangkai spora, kumpulan spora dan tubuh buah.  Tanda juga sangat membantu dalam mendiagnosis suatu penyakit secara cepat di lapangan.        

1. Miselium
     Jamur sklerotium membentuk miselia seperti bulu atau kapas putih pada permukaan badan tumbuhan atau tanah sekitar tumbuhan yang terinfeksi jamur tersebut (pada akar dan pangkal batang kacang tanah dan kacang-kacangan yang terserang Sclerotium rolfsi).  Sering pula miselia dapat berupa anyaman yang terdapat pada permukaan daun dan akar.
2. Sklerotia
     Sklerotia merupakan gumpalan massa hifa jamur disertai penebalan sel-selnya yang menempel pada batang atau terdapat pada permukaan tanah atau terapung di permukaan air di sekitar tumbuhan yang terinfeksi (sklerotia pada batang padi yang terserang oleh Rhizoctonia solani).
3. Tubuh Buah
     Banyak pula pada serangan lanjut,  jamur membentuk tubuh buah (basidiokarp) pada akar dan pangkal batang tumbuhan berkayu.  Bisidiokarp berbentuk seperti kipas tebal dan memiliki banyak pori (jamur Ganoderma dan Rigidoporus pada pangkal batang tanaman karet).
4. Spora dan Tangkai Spora
Pada penyakit karat dan tepung, yang terlihat sebagai karat atau tepung sebenarnya  adalah kumpulan spora dan miselia (penyakit karat pada daun jagung yang terserang jamur Puccinia polysora dan penyakit embun tepung (bulai) pada jagung yang terserang Peronosclerospora maydis).
5. Lendir Bakteri
Penyakit-penyakit pembuluh yang disebabkan oleh golongan bakteri, jika batangnya dipotong melintang akan mengeluarkan lendir bakteri (ooze) berwarna seperti susu kental (misalnya pada pisang yang terserang bakteri Ralstonia solanacearum).

2.4  Diagnosis Penyakit Tumbuhan

     Diagnosis adalah ilmu untuk mengenal penyakit.  Diagnosis penyakit tanaman sangat penting dalam menentukan macamnya penyakit yang diderita oleh suatu tanaman.    Dalam mendiagnosis suatu penyakit tanaman, pertama-tama perlu menentukan apakah penyakit tersebut disebabkan oleh patogen (biotik) atau disebabkan oleh faktor lingkungan yang ekstrim (abiotik).  Dasar-dasar yang umum digunakan dalam mendiagnosis penyakit tanaman adalah gejala dan tanda penyakit.  Dalam beberapa hal, gejala yang khas dari suatu penyakit yang nampak adalah sangat mudah bagi orang yang sudah berpengalaman.  Namun bila diagnosis berdasarkan gejala tidak berhasil, tanda-tanda penyakit yang nampak pada tanaman  sakit atau setelah diperiksa di bawah mikroskop juga sangat membantu dalam mendiagnosis penyakit tanaman. 
Dengan membandingkan gejala tanaman sakit yang sedang kita periksa dengan gejala penyakit tanaman yang sejenis dan sudah dikenal sebelumnya atau yang telah dimuat di dalam buku-buku identifikasi penyakit  tanaman, sering dapat membantu dalam menentukan kemungkinan-kemungkinan penyebab penyakitnya di lapangan, bahkan  dapat langsung menentukan penyebab penyakit dan cara pengendaliannya.  Buku-buku identifikasi penyakit tanaman adalah buku-buku yang khusus menerangkan secara rinci dan lengkap serta dilengkapi dengan gambar-gambar tentang gejala dan tanda dari  masing-masing penyakit pada setiap tanaman, penyebab penyakit, penyebaran penyakit, faktor-faktor yang mendukung perkembangan penyakit dan cara-cara pengendaliannya.
Buku identifikasi penyakit tanaman dapat berupa buku indeks tanaman inang, buku daftar penyakit tanaman dan buku seri konpendium penyakit tanaman.  Namun demikian. dalam banyak hal, suatu pengamatan yang cermat terhadap gejala, tanda dan suatu penyelidikan terhadap karakteistik di luar gejala-gejala yang nyata  perlu dilakukan guna mendapatkan hasil diagnosis yang benar.


A. Diagnosis Penyakit Menular
 Penyakit-penyakit yang disebabkan oleh patogen (jamur, bakteri, protozoa, nematoda virus dan mikoplasma) dicirikan oleh kehadiran/keberadaan suatu patogen pada permukaan atau di dalam tanaman.  Keberadaan suatu patogen dalam keadaan aktif pada tanaman menunjukkan kemungkinan bahwa patogen tersebut adalah penyebabnya.  Bila patogen tidak ditemukan di atas  permukaan tanaman yang sakit, patogennya perlu dicari di bagian dalam dari tanaman yang sakit.  Patogen-patogen demikian bisanya terdapat pada pinggiran dari jaringan-jaringan yang rusak karena penyakit, pada jaringan-jaringan pembuluh atau pada perakaran (misalnya: pada penyakit-penyakit layu).  Untuk identifikasi patogen  diperlukan pemeriksaan secara mikroskopis, yaitu menggunakan mikroskop.
Untuk beberapa patogen, media tumbuh berupa makanan khusus seperti Potato Dextrose Agar (PDA), Oat Meal Agar dan lain-lain dapat dijadikan tempat isolasi untuk menumbuhkan serta berkembang biaknya patogen tersebut.  Kadang-kadang bagi patogen tetentu yang  berada pada media tumbuh tersebut perlu diinkubasi pada suhu tertentu, aerasi ataupun pencahayaan supaya patogen tersebut dapat tumbuh dan  berkembang biak dengan baik.
Selanjutnya patogen hasil pertumbuhan di dalam media tumbuh tersebut diperiksa secara mikroskopis.  Kebanyakn patogen dari jenis jamur, untuk pembentukan spora  dan struktur pembuahannya pada tanaman sakit cukup dilakukan dengan jalan menempatkan bagian atau jaringan yang sakit dari tanaman tersebut pada kotak kaca/plastik (moist chamber) atau petri dish yang di dalamnya diisi dengan kertas saring yang dibasahi dengan aquadestilata yang steril selama beberapa jam atau beberapa hari, dengan maksud menambah kelembaban udara di dalam kotak atau petri dish tersebut.  Kemudian bila spora atau struktur-struktur pembuahannya muncul, dapat kita periksa di bawah mikroskop cahaya.


B.  Postulat Koch
     Sering terjadi, pada suatu tanaman sakit kita menemukan beberapa macam patogen pada bagian yang sakit.  Untuk mengadakan diagnosis  yang lebih teliti, guna menetukan penyebab utamanya, maka haruslah dilakukan pengujian-pengujian berdasarkan langkah-langkah postulat Koch sebagi berikut:
1.      Patogen harus didapatkan selalu berasosiasi dengan tanaman yang sakit.
2.      Patogen dari tanaman sakit tersebut harus dapat diisolasi dan ditumbuhkan pada biakan  murni.
3.      Patogen yang telah berhasil ditumbuhkan dan dibiakkan pada biakan murni tersebut harus dapat direinokulasikan pada tanaman sejenis yang sehat (species, varietas atau klon yang sama). Gejala penyakit yang timbul pada tanaman yang direinokulasi tersebut harus sama dengan gejala penyakit pada tanaman sakit yang sudah diperiksa sebelumnya (tanaman sakit pada langkah 1).
4.      Patogen pada tanaman sakit sebagai akibat reinokulasi tersebut (langkah 3) harus dapat direisolasi dan dapat ditumbuhkan kembali pada biakan murni.  Patogen hasil pertumbuhan pada biakan murni ini harus memiliki karakteristik yang tepat sama dengan patogen yang diperiksa pada langkah 2.

     Kalau keempat langkah Postulat Koch ini sudah dikerjakan dan ternyata benar, berarti dapat disimpulkan bahwa patogen tersebut betul-betul merupakan penyebab utama penyakitnya.  Namun demikian, Postutat Koch ini tidak selalu mudah untuk dikerjakan, terutama bagi patogen yang bersifat parasit obligat  yaitu parasit yang hanya dapat tumbuh dan berkembang biak di dalam tanaman hidup.  Walaupun  demikian prinsip-prinsip postulat Koch ini tetap bisa dilaksanakan bagi parasit-parasit obligat dengan diadakan modifikasi misalnya patogen dari tanaman sakit langsung diinokulasikan  pada tanaman sejenis yang sehat, kemudian dilihat apakah gejalanya sama dan karakteristik patogennya juga sama.

C.  Diagnonis Penyakit Yang Tidak Menular
     Bila tidak ada patogen yang ditemukan dengan cara-cara pemeriksaan penyakit menular pada tanaman yang sakit, maka harus dianggap bahwa penyebab penyakit tersebut disebabkan oleh faktor-faktor lingkungan yang ekstrim. Beberapa faktor lingkungan dapat menimbulkan gejala yang khas pada tanaman sakit akibat faktor lingkungan yang ekstrim, sehingga dapat menolong dalam menentukan macam faktor lingkungan yang menyebabkan penyakit pada tanaman.  Cara pemeriksaannya dapat dilakukan dengan jalan meniru faktor-faktor lingkungan yang dipekirakan sebagi penyebab utamanya.
2.5  Latihan Pertanyaan
1.  Bilakah suatu tanaman dikatakan sakit ?
2.  Sebutkan definisi penyakit tumbuhan !
3. Dengan cara apa saja mikroorganisme patogenik menyebabkan tanaman menjadi sakit !
4.  Mengapa perlu diadakan klasifikasi penyakit tumbuhan ? 
5.  Apa yang dimaksud dengan gejala penyakit tumbuhan ?
6.  Apa perbedaan gejala nekrotik dengan gejala klorotik ?
7.  Apa yang dimaksud dengan diagnosis penyakit tumbuhan ?



DAFTAR PUSTAKA

Agrios, G. N.  2005.  Plant Pathology.  5th Ed.  Elsevier Academic Press,  Burlington, MA.  922pp.
  
Campbell, C. L., L. V.  Madden.  1990.  Introduction to plant disease epidemiology.  John Wiley & Sons Ltd., New York.  532pp.

Cook, A. A.  1981.  Diseases of tropical and subtropical field, fiber and oil plants.  Macmillan Pub. Co., Inc., New York.  450pp.

Hill, D.S., and J.M. Waller.  1988.  Pest and diseases of tropical crops.  In Principles and methods of control, Vol. I, Ed. By W.J.A. Payne.  pp1-175.  Longman Singapore Pub. (Pte) Ltd. Singapore.

Jones, D.G., and B.C. Clifford.  1983.  Cereal Diseases.  John Wiley & Sons Ltd., England.  309pp.

Lucas, G. B., C. L. Campbell and L. T. Lucas.  1985.  Introduction to Plant Diseases.  Van Nostrand Reinhold, New York.  313pp. 353.  In

Matthews, G.A.  2002.  The application of chemicals for plant disease control.  In  Plant Pathologist Pocketbook, Ed. By J.M. Waller, J.M. Lenne, and S.J. Waller.  pp345-353.  CABI Pub., Wellingford, UK

Mehrotra, R. S.  1980.  Plant Pathology.  Tata McGraw-Hill Pub. Co. Ltd.  New        Delhi.  771pp.

Navi,  S.S., and R. Brandyopadhyay.  2002.  Biological control of fungal plant pathogen.  In Plant Pathologist Pocketbook, Ed. By J.M. Waller, J.M. Lene, and S.J Waller.  pp354-365.  CABI Pub., Wellingford, UK.



Nyvall, R. F.  1979.  Field crop diseases handbook.  The Avi Pub. Co. Inc.  Westport, Connecticut.  436pp.

Stakman, E.C., and J.G. Harrar.  1957.  Principles of Plant Pathology.  The Ronald Press Co.  New York.  581pp.

Tarr, S.A.J.  1972.  Principles of Plant Pathology.  The Macmillan Press.  London.  632pp.

Teng, P.S., and W.C James.  2002.  Disease and yield loss.  In Plant Pathologist Pocketbook, Ed by  J.M. Waller, J.M. Lenne and S.J. Waller.  pp25-38.  CABI Pub., Wellingford, UK. 

 Termorshuizen, A.J.  2002.  Cultural control.  In Plant Pathologist Pocketbook, Ed. By J.M. Waller, J.M. Lenne and S.J. Waller.  pp318-327.  CABI Pub., Wellingford, UK.

Waller, J.M.  2002.  Plant health and quarantine.  In Plant Pathologist Pocketbook., Ed by J.M. Waller, J.M. Lenne and S.J. Waller.  pp279-286.  CABI Pub., Wellingford, UK.

Zadoks, J. C. and R. D. Schein.  1979.  Epidemiology and Plant Disease Management.  Oxford University Press.  Oxford.  427pp.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar